Wednesday, August 8, 2007

Venus Poem

Taburan bintang di mayapada angkasa

Menyilaukan mata

Membutakan hati

Hanya kesemuan yang terlihat

Dan berharap terbangun

tuk menyongsong mentari


Ketika kau terbangun

Kau kan sadari

Berharap tuk lihat cahaya menyilaukan lagi

Berharap akan kerlingan bintang yang kau pilih

Yang kan terangi mimpimu

Yang kan sinari kehidupanmu

Tuk raih semua asa dan citamu

Arti sebuah takdir…

To the point… apakah astri adalah takdirku? Wakakakakak…..

Bukankah demikian?

Apabila kita sudah merasakan rasa ketertarikan yang kuat semenjak kita bersama-sama dulu… Bukankah astri adalah gugusan Pleaidesku, bintang-bintang yang tergelincir?

Bintang-bintang yang bergerombol karena terlalu kuat saling tarik menarik.

Gugusan bintang yang tergelincir. Gugusan yang terlihat sebagai bintang yang terang sekali di malam hari. Seperti kita berdua… manusia-manusia yang tergelincir… dalam cinta.

Sebuah pertanyaan sederhana. Apakah astri adalah mata rantai kodratku yang hilang? Karena astri ditakdirkan menjadi istriku. Karena kemarin sewaktu aku mengintip buku besar Tuhan, kulihat astri adalah istriku.

Sebuah jawaban sederhana. Apabila sahrial suamiku? Takdirku? Maka aku akan berjuang untuk melawan takdir itu. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mengubahnya.

Tidak! Manusia tidak bisa mengubah takdir. Di sini di mana kita berada dalam dunia yang terikat dalam waktu, waktu terdiri dari pecahan-pecahan kepingan, yaitu masa lalu, sekarang, dan masa depan. Ada saat-saat beruntung dimana kau bisa melihat masa depan yang muncul dihadapanmu. Astri menjadi polisi, misalnya. Atau astri menjadi istriku. Semua itu adalah satu gerakan matriks dalam kehidupan.

Mengacu kepada hal-hal tadi, inilah dunia manusia-manusia yang beruntung diberi kesempatan oleh Tuhan untuk dapat melihat masa depan.

Kelompok pertama adalah mereka yang menyerahkan semuanya kepada alam karma. Waktu akan memberitahu apa yang terjadi di masa depan. Manusia segera menghentikan pekerjaan yang sedang dilakukan dan menggantinya dengan hal lain hingga cocok dengan karmanya. Seorang tukang kebun yang melihat dirinya menjadi dokter di masa depan tentu tidak akan menyia-nyiakan waktunya dengan pupuk dan rumput. Ia akan melompat pergi minta pinjaman bank untuk masuk sekolah kedokteran. Dan dalam kasus ini, sebagai kelompok pertama yang bisa melihat masa depan, sewajarnya astri wajib menerima kecupanku bahkan memutuskan hubungannya dengan laki-laki lain karena toh di masa depan pada akhirnya astri akan menjadi istriku.

Kelompok kedua adalah mereka yang seumur hidupnya menunggu keberuntungan untuk bisa untuk bisa melihat masa depan. Manusia-manusia malang inilah yang kemudian memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa karena khawatir apapun yang mereka lakukan tidak selaras dengan karmana atau tidak berguna di masa depan. Seperti misalnya, aku sebaiknya tidak menjalin hubungan dengan siapapun karena aku tidak tahu siapakah pasanganku kelak. Apa gunanya berpacaran dengan si A kalau pada akhirnya aku akan menikah dengan si B?

Dan kelompok terakhir adalah kelompok yang tidak mempedulikan masa depan mereka dan tidak mempercayai karma. Apabila tidak berhasil melihat potongan masa depan tidak juga membuat mereka mengelak melakukan sesuatu yang sedang dan ingin dilakukannya. Apabila berhasil pun, mereka bersusah payah untuk mengubahnya bahkan tidak memperdulikannya.

Sepertinya sudah tidak perlu dijelaskan aku ada di kelompok mana.

Pertanyaan kedua. Apakah yang aku lakukan adalah sebuah pemaksaan kehendak?

Sebuah perlawanan dari pengingkaran karma?

Huh…. Aku ingin memutar jarum waktu. Lalu bisa muncul dalam kondisi yang sudah nyaman.

Tapi berapa tahun ke depan?

Tidak inginkah dia melihat perjuanganku untuknya?

Dia tidak akan pernah bisa melihatku melamarnya, kemudian orang tuanya memarahiku mengatakan aku adalah orang yang tidak tahu diri, tapi aku akan tetap bersikukuh untuk menikahinya.

Dia tidak akan pernah melihatku menunggu di bawah siraman air hujan di depan rumahnya, karena dilarang bertemu denganku.

Dia tidak akan bisa merawatku yang terkena flu sesudah itu, dia tidak akan merasakan jatuh sakit tertular flu-ku dan membiarkanku merawatnya.

Kita pun tidak akan menikmati masa-masa muda kita.

Kita akan muncul di ujung waktu dalam usia yang jauh lebih tua.

Gembira atau tidak. Senang atau susah. Senyum atau air mata. Dalam putaran kehidupan, semua itu hanyalah jalan.

Pertanyaan ketiga. Jalan apakah yang aku pilih?

Aku memilih jalan yang berkelok, jalan yang mendaki, jalan yang sulit.

Karena apabila kita memilih jalan yang termudah, maka selamanya kita akan memiliki hati yang lari.

Gugusan Pleaides adalah sebuah impian.

Apapun yang terjadi, kita bergerak dalam lingkaran karma.

Seperti putaran bumi yang memisahkan kita dari polaris.

Perlahan tapi pasti, kita akan kehilangan polaris, yang tergantikan sosok sang vega.

Dan setelah beberapa milenia berlalu, sang bintang utara akan menjenguk kita kembali dalam singgasananya.

Sebuah pertanyaan penutup

HoW LoNg MuSt i Be FaR aWaY fRoM u..
i DoN't kNoW DeaR BuT..
i kNoW We aRe oNe..

Sebuah kata perpisahan yang tak pernah terucap

punclut, pagi berkabut juni 2007




Remember the day we met?

You know what?

Even if your boyfriend didn’t bring you to my home that day

Even if you didn’t call me in kokesma

Or even if we passed each other by on the street

We would’ve ended up together

I wish I could do more to you while I had the chance

You’ve given me so much more than I deserved.

I’m sure… I’m the happiest man on earth.


But…


It’s good thing we met, don’t you think?




Thank you…



So much




For loving me




------------------------------------------------------------

Sebuah tangis tanpa air mata

Untuk tiap kecupan pada semua mawar putih

Dalam gemetar yang sama, debaran jantung yang sama


Tertutup mawar putih terakhir

Untuk bunga Lily yang tak pernah merekah

Seribu kata terima kasih. Sejuta kata maaf

Untuk yang takkan terlupakan