Thursday, March 26, 2009

ITB = Produser Narsisus?

gw dapet forward imel dari milis anak2
sengaja gw pajang di blog, soalnya gw pengen tau tanggapan lu semua
ini isinya :

ITB = Produser Narsisus?
Mar 16, 2009 -- 3:37 PM
Posted for everyone

Disclaimer:
Tulisan ini merupakan hasil observasi sebagai Rekruiter selama 4 tahun
terakhir. Kalau ada yang tersinggung, mohon
maaf ya!

Adalah sebuah rahasia umum di mana terdapat berbagai tipe pekerja
berdasarkan tempat belajarnya. Anak UGM dikenal lugu, tidak neko-neko,
dan rendah hati. Anak UI dikenal fleksibel dan cepat belajar. Anak ITB
dikenal sebagai 'pemikir makro', besar omong, dan kaku luar biasa.
Apakah stereotipe ini benar adanya? Saya tidak berani mengamini dengan
sepenuh hati karena belum melakukan penelitian secara ilmiah.

Dari pengamatan yang saya lakukan selama rentang 4 tahun belakangan
(dalam kapasitas sebagai head-hunter, pastinya), beberapa karakteristik
dapat saya verifikasi. Anak UGM memang terbukti lugu, tidak ambisius;
anak UI dengan fleksibilitasnya, dan anak ITB dengan kekakuan dan
kesombongannya. Hal terakhir ini yang ingin saya angkat. Kenapa? Karena
karakteristik ini sangat menonjol dan sangat mengganggu proses rekrutmen.

Tidak hanya ITB junior, tapi para senior ITB juga terjangkit virus kaku
dan sombong ini. Kekakuan yang mereka tunjukkan dapat saya maklumi
karena mereka adalah orang-orang teknik. Secara ilmiah, sudah pernah
dibuktikan bahwa ilmu-ilmu eksak, terutama teknik memang membentuk
pribadi yang kaku. Selanjutnya, virus sombong. Pernah dengar cerita
Narcissus? Saya yakin pernah. Dan inilah penyakit akut yang menjangkiti
(hampir) seluruh anak ITB.

Hampir semua anak ITB yang saya temui memiliki gejala self-oriented yang
begitu tinggi. Bukan sekali atau dua kali saya menemui anak ITB yang
berbicara tentang prestasi dan mimpi mereka. Mimpi atau cita-cita
biasanya diskalakan dalam ukuran makro: "Proyek....Nasional ,"
"Se-Indonesia. " adalah kata-kata yang sering saya dengar. Diucapkan
dengan mimik muka luar biasa yakin dan nada tinggi. Ketika bicara soal
jejaring, mereka selalu mau menjadi "yang kenal dengan..." (Biasanya
orang-orang terkenal, minimal menteri). Mereka juga bukan anggota tim
yang baik karena selalu mau menang sendiri. Hal ini biasanya terjadi
dalam lingkungan kerja non-ITB. Yang terakhir, mereka adalah pemuja diri
sendiri.

Appraisal bagaimana yang mereka lakukan? Begini kira-kira contohnya:

Jumat lalu saya menemui seorang kandidat, lulusan ITB. Ketika saya tanya
soal prestasinya dia berulang kali menekankan hal-hal berikut:

(1) Pencapaian nilai kimia yang sempurna (100) di mana hanya terjadi 5
tahun sekali, orang satu2nya di antara 1,400 mahasiswa lain (diulang 3 kali)
(2) Pemimpin yang sangat baik, excellent! (diulang minimal 3 kali)
(3) Sangat bisa segalanya.
(4) Semua orang kenal saya.
(5)
Ada lowongan regional manager Asia tapi tidak diambil dan kalaupun
dia yang maju, sekitar 98% kemungkinan dia pasti jadi (diulang 2 kali)

Dan hal-hal tersebut diceritakan berulang-ulang, dengan berulang kali
penghentian kalimat pada bagian2 tertentu. Hal ini untuk memberi efek
penekanan dan pujian (Serius, dia mengharapkan itu).. Perilaku yang ia
tunjukkan selama wawancara adalah "You listen to me, and answer my
questions. dedicate your time for me. You need me."

Ketika saya bertanya apakah dia ada pertanyaan mengenai proses maupun
klien saya, dia hanya mengajukan beberapa pertanyaan. Lucunya, ketika
saya menutup wawancara dengan dalih ada urusan lain, dia malah bilang
"Oh pantesan ibu buru-buru. Jadi kapan saya bisa tanya2 ibu lagi?"
(Lhoh??) Setelah itu dia masih berusaha nyerocos menceritakan
kehebatannya di konteks pekerjaan.

Baiklah, saya tidak ada masalah dengan kandidat yang menceritakan
prestasi kerja. Saya malah senang. Soalnya orang
Indonesia cenderung
menggunakan "Kami" dan malu-malu jika saya minta cerita soal prestasi
kerja. Tapi ketika hal tersebut diceritakan dengan terlalu bersemangat,
dengan nada sombong dan penuh keyakinan, hal tersebut jadi memuakkan.

Kandidat lain yang juga adalah alumni ITB dengan kepercayaan diri luar
biasa menjual gelar S2 yang ia dapatkan di Jerman untuk meminta gaji
tinggi. Tidak tanggung-tanggung, cukup EUR 5,000. Iya, EURO, bukan
Dollar. Per tahun? Tidak, per bulan. Katanya, standar gaji S2 di Jerman
segitu. Oh, Tuan Pintar, sebaiknya kamu ke Jerman aja, jangan di sini.

Teman saya yang lulusan ITB lain lagi, nggak mau kerja. Mau wirausaha.
Sayangnya, karena tidak memiliki pengalaman, ia berulang kali gagal. Ia
tidak mau belajar dari pengusaha yang sudah maju, memilih produk2 jualan
yang kurang komersil, dan tidak memiliki jejaring yang mendukung.
Pikirannya sempit, tidak tahu
medan yang ia masuki tapi sombongnya luar
biasa. Hmmm.

Ini adalah hal lain yang masuk virus Narsisus, menghargai diri begitu
tinggi sampai tidak memperhatikan standar yang ada. Tidak hanya soal
gaji, soal kerjaan pun mereka sangat pemilih. Hanya mau perusahaan A, B,
atau C. Kalau tidak, mau kerja sendiri karena mereka terlalu 'bagus',
over-standard untuk bekerja dalam sebuah organisasi.

Pertanyaan saya:
Ada apa sebenarnya dengan para alumni ini? Apa sebenarnya yang diajarkan
di ITB? Kenapa para lulusannya memiliki kesombongan terprogram - yang
secara kolektif terjadi?

Kalau yang saya dengar, ini berasalah dari 'cuci otak' pada masa plonco.
Sumber lain mengatakan ini juga berasal dari persaingan internal ITB
yang tidak sehat. Semacam seleksi alam, di mana sang pemenang akan
menjadi sangat berkuasa. Sifat inipun kemudian terbawa ke kehidupan
kerja. Tapi ini baru asumsi dan opini sekelumit orang, saya tidak berani
mengatakan hal tersebut memang terbukti.

Jika ada yang membaca ini dan termasuk alumni ITB yang menyangkal, ya
nggak papa juga.
Kan di awal sudah dikatakan bahwa ini adalah hasil
observasi saya selama bekerja sebagai Head Hunter. Saya cuma mau
berpesan: Janganlah jadi Narsisus. Kami sudah tahu anda hebat, tetapi
tidak perlu membesar-besarkan kehebatan anda. Kami tahu persis anda
pintar, dan mungkin terpintar se-Indonesia. biarkan prestasi anda yang
bicara. Kalau tidak bisa se-Indonesia, jadi paling pintar se-Bandung
saja masih oke kok. Jangan biarkan imej yang melekat di ITB adalah
Produser Narsisus. Sudah cukup banyak Narsisus di negeri ini.

how? please tinggalin komen buat post ini

kalau saran gw sih, harusnya perusahaan majang tulisan :

TIDAK MENERIMA MAHASISWA ITB

Saturday, March 14, 2009

Petualangan Cinta Gw -session 2, part-3-

Sementara hati doi sudah tertaklukkan, gw mulai rogoh krepean, kebiasaan dari kuliah bro... ngrepe mmm... kadang gw suka grepe2 juga sih eh tapi bukan itu ding intinya. Pokoknya setelah ngrepe, gw langsung dapet pencerahan Di krepean gw tertera jelas plan gw buat buat date ini :
1. Ajak Ussie muter alun2
2. Ketemuan sama Agus & Dyah di food court buat double date
3. Ajak mereka makan bareng di warung bakso
(bakso memang ide cemerlang, udah murah, cocok pula di segala kondisi, baik waktu panas & hujan atau kondisi dompet tebel ato tipis)
4. Nongkrong bentar di mana gitu
5. Anter mereka pulang ke rumah masing2

Plan ini udah maha cemerlang, udah teruji di segala kondisi. Yang mau gw tekankan di sini adalah : untuk nge-date dengan wanita baik2, tanamkan bahwa kita gentleman. Mungkin ada cewe yang asik, kencan pertama dapet ciuman, kencan kedua langsung ke ranjang. Tapi buat sama wanita baik2, step by step bro.... yang penting dapetin kepercayaannya
Oke.... first step :

Jalan yoo Sie....
Capek kak.... Usie laper.... pengen makan....

?????? Gawat!!!!! Kok di luar rencana???

Sehubungan gw adalah seorang engineer, gw akan coba jelaskan secara singkat konsekuensi dari perubahan rencana tersebut :

1. Usie ngajak makan, trus nanti ke warung bakso buat double date
Means : 1 + 1 = 2x makan = ongkos makan double

2. Apabila ongkos makan ekstra = fixed cost
≈ 100rb
Keuntungan dari even yg breaktrough the circumtances
adalah di-kissing, katakanlah senilai 25rb perak
Dengan tip pelayan sekitar 5rb sebagai variable cost
maka : BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)
= 100rb / (25rb - 5rb) = 5x
maka untuk mencapai BEP, Ussie harus kiss gw 5x hari ini
yg mana hal tersebut adalah suatu hal yg mustahil

3. Makanan yg cocok sebelum makan lagi idealnya french fries
Kandungan kalori frech fries per 100 g sekitar 214-320 kalori
Berhubung digoreng deep frying, kandungan lemak meningkat 3x lipat
Nah... program diet guah?????

4. Alasan paling klasik, DUIT!!!!! gw belon gajihan



Gw coba alihkan perhatian, "Baru jam 6 Sie... nanggung, jalan dulu yo... nanti baru jam 7 makan"
"Ndak mau... ndak mau.... ndak mau.... Usie mau makan!!!!"
"Cup... cup... geulis... da bageur...."
"Aaahhh kakak jahat.... kakak jahat.... "

Wah cilaka yeuh, gw bisa disangka tukang maksa ML

Iya... iya... ya udah... Usie mau makan apa?
Apa aja kak.... terserah kakak
Ya udah... beli burger aja ya
Ga mau ah... burger bikin gemuk
Ato ke foodcourt aja ya? Jadi kamu bisa milih mau makan apa
Tapi Ussie ga tau mau makan apa
Steak?
Kemahalan kak... lagian Ussie ga suka
Bakmi?
Porsinya dikit, rasanya juga ga enak
Gorengan?
Ga mau ah... yg dagang jorok
Sate kambing?
Nggak, Ussie alergi sama kambing
Ato kita cari tempat makan aja yo?
Sekarang udah jam 6 lebih, ga keburu kak, Ussie udah laper
..............
Kok malah diem kak?
Emang Ussie mau makan apa?
Kalo Ussie terserah kakak





















Gw :

Hotel Mak Erot

eh.... ternyata gw punya foto di tempat keren juga
ini salah satu foto gw waktu mondar-mandir cari tempat one-nite-stand

sehubungan dana gw ga mencukupi buat carter president suite, akhirnya gw cuma pesen extra bed aja dihampar di lobi

kathok

Gw punya prinsip : dalam hidup, yg penting gaya
Makanya kadang biar nampak sedikit lebih ganteng di mall setempat, gw spend duit agak lebih
Misalnya buat jeans, gw berasa kok kurang afdol ya kalo ikut2 arus orang2 beli lee cooper, wrangler, lois, lea, lee dll
Makanya gw beli merk yg beda

Tapi setelah dipikir2....

















Setelah jeans-nya gw pake berkali2 tanpa dicuci ampe belel

















Setelah gw pindah kerjaan ke sebuah desa terpencil












Ternyata duit yg gw keluarin bisa dipake gw weekend-an ke Singaparna ya?



Daripada gw terus2an nyesel, gw pajang di blog lah sebagian jeans gw, penyebab hidup gw di masa lalu selalu di bawah garis kemiskinan


Nudie Bootcut Barry Dry Old Organic


Nudie Jeans

Boot Cut Barry Dry Old Organic
The Boot Cut Barry is a brand new fit from Nudie Jeans. The fit is very similar to the Regular Alf-- mid rise with a straight boot cut. The Dry Old Organic fabric is dry and has a slight waxy finish due to the organic cotton and pre-reduced indigo dye technique. The fade on this jean is spectacular and at this price they're sure to please.
  • New Fit and Fabric
  • Made in Italy
  • Available in 36 Inseam






  • Cheap Monday Tight Fit Overdyed Black Jean



    Named after the poorest day of the week (cause you've blown all your money on weekend good times), Cheap Mondays are the perfect skintight fit done dirt cheap. Cut seriously super-skinny with some spandex for movement. Straight through the skintight leg with a low rise, in overdyed black denim with tonal stitching throughout. Finished with the famous skull-printed logo patch at the back waistband. Zip fly topped with a skull-printed button. Imported. Machine wash.
    * Straight leg
    * Super-skinny fit
    * Low rise
    * Zip fly
    * Inseam -32"
    * Rise - 11"
    * Leg opening- 7.5"flat
    * Runs small, you may choose to order a size up
    * Cotton, lycra


    Levi's® Red Tab™ 505® Jeans



    True to you. You'll depend upon the comfort and style of these jeans time and time again. Featuring classic five-pocket styling. And a regular fit through the seat and thigh, so you don't have to worry about staying comfortable. Straight leg with a tapered leg opening. All from a brand you know you can trust. Available in several washes.

    • 5-pocket
    • Zipper fly
    • 100% cotton
    • Machine wash
    • Made in the USA or Imported



    Sementara gw baru bisa pajang foto jeans gw
    Ntar mudah2an gw bisa pajang foto gw sendiri kalo gw bisa nampang ke Singaparna