Friday, December 18, 2009

masa KERJA PRAKTEK, for all engineer - part 2

Ini sekuel dari kisah yang lalu masa kerja praktek gw dulu di proyek konstruksi jembatan Suramadu. Tepatnya hanya pendetilan beberapa adegan yang sudah diceritakan secara global di kisah yang lalu.

THE BEGINNING


Setelah melewati berbagai rintangan kejam, perpisahan yang mengharukan dengan sang kekasih (sekarang mantan -red), setelah perjuangan panjang yang menumpahkan banyak darah, keringat, dan air mata, akhirnya gw & Jambi tiba di Surabaya.

Kami tiba di pagi hari dengan kereta Argo Wilis dari Bandung dengan penuh gaya. Begitu kami turun di stasiun Surabaya, serentak para kaum hawa memandangi kami dengan penuh antusias, 2 orang remaja tampan yang baru turun dari sebuah kereta api eksekutif berkelas.

Dengan tenang kami melangkah menuju lokasi parkiran, sambil menolak halus para porter menawarkan jasanya, mengucapkan “mohon maaf, anda kurang beruntung” kepada para wanita separuh baya, dan membagikan kartu nama kami sambil lalu kepada para remaja putri antusias yang mengerubungi kami.

Sampai di parkiran, kami dijemput bude saya, kemudian kami langsung meluncur menuju kediaman bude. Setelah menikmati sarapan pagi yang so pasti gratis, saya & Jambi sepakat akan untuk langsung menuju lokasi kerja praktek di Suramadu untuk mengurus perijinan sekaligus melihat lokasi proyek.

Dengan diantar langsung oleh supir bude, kami tiba di kantor proyek. Sesampainya di sana, berdasarkan informasi teman yang yang sudah terlebih dahulu melaksanakan kerja praktek di sana, kami mencari seseorang bernama pak Darsono untuk mengurus perijinan KP.

Setelah melewati beberapa saat masa tunggu yang menjemukan, akhirnya kami bisa menemui beliau. Beliau menanyakan surat pengantar KP kami, dengan gemilang saya tunjukan suratnya. Bukan surat sembarangan bos…. Tapi surat langsung dari pusat, memanfaatkan koneksi om saya yang kerja di sana. Di surat itu Pimpro-nya langsung sendiri pak A.G. Ismail yang tanda tanda. Kalau gak salah sekarang beliau udah jadi eselon 2 as Kepala Balai di Sumatera nan jauh di sana.

Berbekal surat sakti tersebut, pak Darsono tak kuasa menahan kami. Beliau mengijinkan kami KP sepuasnya, yang mana langsung kami tolak karena kami hanya ingin sebulan di sana. Siapa sih yang sanggup praktek lama-lama jauh dari sanak keluarga tanpa dibayar? Belum lagi sang kekasih menunggu kami dengan cemas di Bandung (sudah pernahkan saya bilang kalau sudah mantan? -red).

Kami sepakat untuk memulai kerja praktek keesokan harinya. Sayangnya terdapat permasalahan mengenai rencana tempat tinggal kami. Rencana kami untuk tinggal bersama teman kami yang sudah praktek sebelumnya terkendala karena rumah proyeknya akan digunakan Site Engineer yang baru akan tiba.

Untuk tinggal di rumah bude, juga bukan solusi tepat karena untuk transportasinya dengan angkutan kota (di Surabaya disebut LEN) jurusan Tambak Wedi-Keputih, membutuhkan waktu 2 jam perjalanan sekali jalan. Walhasil solusi terakhir adalah kos.

Di proyek, kami berkenalan dengan 2 orang mahasiswa praktek dari Untag Semarang bernama Adi & Fredi. Si Adi sebentar lagi masa kerja prakteknya mau habis sedangkan Fredi masih lanjut. Fredi menawarkan agar kami sementara tinggal di kosan-nya berhubung 2 orang temannya praktek di sisi Madura, sedangkan kami di sisi Surabaya-nya. Kesempatan emas tinggal gratis tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeser pun ini dengan sigap kami sambar.

Akhirnya kami tinggal di kosan Fredi, berbagi ranjang bertiga, Di sanalah awal mula persahabatan kami, yang penuh cerita. Kami bertemu bulan April 2004 di Surabaya, berbagi kisah dan cerita dalam berbagai hal, namun berakhir tidak bahagia di saat ini, Desember 2009, saya di Jakarta, Fredi di Semarang, Jambi di Bangka.

-to be continued-

the end

Seorang sahabat kembali setelah 2 tahun tak bertemu
Kami sambut dia dengan penuh suka cita
Walau dengan hati bertanya-tanya, ada apa gerangan?


Setelah sempat saling bertukar kata dan cerita
Setelah sempat saling melempar canda dan tawa
Dia bertanya kepada saya, bagaimana rasa sebuah perpisahan?


Saya terdiam sesaat.... Lalu saya jawab, menyakitkan
Membekas dalam di hati saya
Dan bohong kalau semua berakhir dengan baik-baik


Tapi itu bukan salah siapa-siapa
Bukan salah dia, mereka, atau pun orang lain
Sesuatu yang berakhir buruk, mungkin saja adalah yang terbaik


Bahkan pasangan yang terpaksa menikah karena suatu keputusan yang salah
Mungkin saja berakhir bahagia
Mungkin kalau mereka tidak melakukan kesalahan
Mereka belum tentu berani mengambil keputusan


Kalau saja di masa lalu saya memiliki sedikit keberanian
Kalau saja saya menafikan ego untuk memperoleh pencapaian terlebih dahulu sebelum memulai satu langkah baru dalam hidup saya
Mungkin saja ini tidak akan saya rasakan


Tapi yang tersisa hanyalah penyesalan
Hari ini, berbeda dengan hari yang lalu
Hari jumat ini, berbeda dengan hari jumat saat perpisahan ini terjadi
Hari ini adalah imbas keputusan yang pernah saya ambil dahulu


Apakah saya terlalu mengagungkan cinta?
Selemah itu kah saya meratapi akhir ini?


Adalah waktu yang bisa mengobati luka ini
Sebulan? Dua bulan? Buat saya menahun


Bukan salah siapa-siapa
Hanya imbas dari ketidak berdayaan saya


Dulu, rasanya lucu melihat seorang pria menangis demi wanita yang dicintainya
Kita akan terbahak-bahak melihat apa yang kita dulu sebut dengan kebodohan


Tapi apa rasanya saat tiba-tiba matamu terasa buram?
Bagaimana rasanya saat air matamu bergulir tak tertahankan?
Apakah yang bisa kau katakan saat tenggorokanmu tercekat?
Dan yang bisa hanya kau lakukan hanya lah menunduk tersedu?


Mungkin seperti itulah perasaan kita
Katakan lah kita bodoh
Katakan lah saya bodoh
Tapi kalau tidak berakhir seperti ini
Kalau saya tidak menangisi ini
Mungkin saya tidak akan pernah merasakan beratnya arti kehilangan


Mungkin dia meninggalkan luka di hati saya
Tapi dia meninggalkan kenangan dalam hidup saya
Dia juga mengubah saya menjadi orang yang lebih baik
Baru kala itu saya menyadari
Betapa besar dan nyata arti dirinya dalam hidup ini


Apakah ini yang kau rasakan sahabat?

Journey Akhir Tahun 2009 - dalam tata waktu acak - part-1

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5-6 jam dengan bus, akhirnya gw tiba di kota ini. Gw nyampe sekitar jam 10-an malem, langsung masuk hotel. Gw nginep di salah satu hotel punya Elaf Group. Well,,, ga sekeren hotel bintang 5 kebanyakan di kota ini sih,,, kayak Movenpick, InterContinental, Hilton, Sheraton dll, tapi gw suka hotel ini. Sebuah hotel dengan konsep syariah. Lagian gw selalu suka sesuatu yang baru, kemaren udah pernah sih nginep di Movenpick.




Prinsip syariah-nya ini yang menarik perhatian gw. Setau gw, pada bank syariah, nasabah membayar sesuai dengan kemampuannya atau sesuai kesepakatan proporsi bank dari berapa yang dihasilkannya. Nah kalau gw cuma mampu bayar 50rb semalam, bukan salah gw dong?




Dengan PD, gw melenggang kangkung masuk lobi hotel Setelah ambil card kamar tanpa peduli dengan rincian pembayaran, dan sedikit orientasi lapangan, gw masuk restoran hotel. Prinsip gw gampang, begitu dihadapkan dengan problematika kekurangan pembayaran, gw tinggal ngomong : "Bos,,, masukin rekening om saya ajah!"


Sementara tamu hotel lain confirm nama & no kamar mereka ke receptionist, tanpa ba..bi..bu.. gw menerobos masuk resto, kalau gw ditegor kan tinggal minta maaf Nama restorannya lucu, Andalus, kayak nama restoran padang. Bayangan gw makanannya gak jauh-jauh dari rendang, gulai gajebo, gulai kepala ikan kakap, sambal balado dll. Tanpa dinanya yang terhampar di adalah aneka panganan dengan cita rasa tinggi.


Jangan-jangan kokinya Yoichi Ajiyoshi, begitu nyicip makanannya dikit langsung badan gw terasa melayang di udara sambil teriak : ”Bravo..!!! Bravo...!!! Belum pernah saya makan seenak ini!!!!”, kata gw sambil meneteskan air mata. ”Taburan keju lembut di atas daging yang dimasak penuh kesabaran, membuat sensasi tersendiri! Sehingga rasa cinta sang koki terasa tersampaikan langsung di tiap gigitannya.







Gw yang terbiasa makan masakan katering kantor tentu gak menyia-nyiakan kesempatan ini. Langsung gw penuhin piring gw dengan aneka makanan berbau borjois : nasi kebuli, sosis, udang ukuran jumbo, lamb, salad dll. Kelak gw bakal menyesal karena berat badan gw naek 4 kilo sejak cuti 2 bulan lalu. Kayaknya butuh kerja keras buat ngembaliin berat badan gw menuju berat ideal biar body gw nampak yahud kalau pake kemeja slim fit & jeans low waist.



Apa mau dikata? Makanan kayak gini gak tiap hari gw makan. Di lift hotel dipajang tema makanan restoran untuk tiap harinya berikut harga per person. Kalau gak salah sih untuk dinner sekitar 235 rebuan. NGERI !!! Jauh berbanding terbalik dengan konsumsi gw sehari-hari. Terakhir gw makan di warung makanan sunda ”Prancis” deket kampus, ambil tempe 2 sama telor 1 gw cuma bayar 5500 perak. Bebas refill minuman air putih plus ambil nasi, lalapan & sambel sepuasnya pula.


Habis makan gw naek ke kamar. Keluarga gw dapet kamar 902 di lantai 9, keluarga gw yang dari Depok di kamar 904, sementara om tante gw yang dari Jakarta di lantai 8. Setelah bongkar koper dan menyelesaikan beberapa urusan terkait dengan kamar kecil, daripada solat di kamar mendingan gw turun aja ke mesjid deket hotel. Begitu turun hotel, OMG! (OM Gaga !!!) dingin banged! Pake D!


Gw prediksi ada kali di bawah 180C. Sori kalau prediksi gw kurang akurat, gw teknik Sipil, bukan anak Meteorologi. Kalau lu habis kejedot tembok trus lu bisa kasih tau ke gw berapa percepatan gelombang yang merambat di ‘pala lo & berapa derajat kerusakan yang terjadi di jidat lo, gw dengan mudah bisa memprediksi apakah beton itu K-25, K-35 atau K-40.



Patokan gw ya AC yang ada di mess gw cuma sampai 180C, prediksi gw gak jauh-jauh dari sana. Coba kalau AC bisa sampai 50C, mungkin prediksi gw bisa lebih akurat, sekalian gw bisa dagang es batu ke tukang-tukang teh botol setempat dengan harga bersahabat. Friendship! Sub Zero Wins!


Habis solat gw naek lagi ke hotel. Ada kali jam ½ 1-an, habis nyalain weker buat bangun jam 2, gw tumbang dengan sukses. Sengaja weker gw stel pagi-pagi, soalnya gw takut ada masalah dengan pencernaan gw. Mending bangun pagi-pagi trus nungguin “Morning Calling”, daripada pas gw beraktivitas di pagi hari tau-tau kebelet, bisa gawat kan?



Jam 2 pagi, weker dengan gemilang menyalak nyaring. Gw matiin dengan lembut berhubung kemaren gw baru ngabisin 180rb buat biaya perbaikannya Perasaan dingin banget, gw cek setelan AC, wew! Sekitar 180-an! Bokap gw nih yang demen sama yang dingin-dingin Gw kutak-katik AC ini lucu juga, kalau di-setel di atas 200 langsung mati, minta diganti mode dari “cool” jadi “fan”. Gw lirik kiri-kanan, keluarga gw masih pada tidur, langsung gw puter suhunya jadi 250C, AC-nya mati, gw ganti jadi “fan” mode trus nyala lagi.


Tiba-tiba alarm kebakaran di lantai 9 nyala dengan ganas. NGUING! NGUING! NGUING! Gw panik! Masa gara-gara naekin suhu AC trus alarm kebakaran nyala? Keluarga gw pada kebangun semua. Gw pasang tampang pura-pura gak tau apa-apa buat menguatkan alibi. Bokap gw nyuruh gw ngeliat ke luar kamar, gw intip keluarga om gw di 904 pada kebangun, tamu di 903 keluar juga sambil celingak-celinguk, sementara kamar laen adem ayem aja.


Bokap gw ambil keputusan kalau kita semua langsung turun ke lobi lewat tangga. Langsung orang-orang 902, 903 & 904 berbondong-bondong turun ke bawah. Gw tambah panik! Kalau emang hotel ini kebakaran, masa gw harus terlunta-lunta di pinggir jalanan kota? Sementara di sini dingin banget. Gw langsung minta izin ke Bokap kalau gw turun belakangan mau ambil baju hangat dulu sebelum turun. Bokap minta gw cepetan.


Langsung gw buka koper besar gw. Tiba-tiba gw terbentur realitas, gw lagi pake celana bahan item sama kemeja putih, trus cocoknya pake apa ya? Pake sweater loreng Banana Republic, vest coklat M2 atau jaket ijo RipCurl? Daleman baju gw apa dong? Gw udah lama banget gak pake kaos dalem. Nyesel dah gw kemaren gak beli kemeja polos warna putih Giordano di PIM 2 sama anak-anak buat daleman. Dalam beberapa menit gw mendapati diri gw sibuk fitting baju.



Adaowwww...... Konyol banget kalau di halaman depan koran setempat ada berita :“Ditemukan seorang remaja tewas terbakar. Sang korban sedang melakukan fitting pakaian saat kejadian.” Serasa kurang dramatis aja. Kalau misalnya beritanya : ”Ditemukan seorang remaja tewas terbakar. Sang korban diduga melakukan salto dari lantai 9 dengan ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Canggih! Spektakuler! Tidak memerlukan pengaturan napas! Sayang sang korban lupa bernapas”, nah kalau gitu kan berasa agak keren dikit?


Gw ambil keputusan kalau gw pake vest buat daleman trus ditutup sama kemeja putih. Gw ambil dompet, hp, tas kecil sama jam tangan, gw langsung turun. Waktu mau turun, kok di monitor display lift, lokasi lift-nya deket lantai 9? Dipikir-pikir capek juga naek tangga. Gw pencet lift-nya, langsung gw meluncur turun ke lobi. Sampe lobi gw liat tamu 903 nanya ke receptionist kenapa alarm kebakaran nyala? Receptionist bilang kalau gak ada kebakaran, kemungkinan ada yang merokok jadi alarm-nya aktif. Gw merhatiin aja tanpa ikut campur, bisa jadi sih.... kalau emang ada kebakaran, kok fire suspression di lantai 9 gak nyala & nyemprotin air? Well,,, EGP! Yang penting gw selamat, bukan salah gw kalau alarm-nya nyala. Gak lucu banget kalau alarm nyala gara-gara gw naekin suhu AC.





Beberapa menit kemudian, keluarga gw baru nyampe ngos-ngosan dari tangga darurat. Sementara gw sedang duduk-duduk santai di lobi sambil liat-liat brosur. Gw jelasin tentang dugaan receptionist mengenai kasus alarm tadi. Gw ditanya kenapa nekat naik lift? Kan bahaya? Kalau gw jawab, ”Pengen memacu adrenalin ajah...”, kok hati nurani melarang ya? Ya gw bilang kalo gw males naek tangga, hehe


Setelah pemberian wejangan singkat mengenai bahaya penggunaan lift pada saat kebakaran, berhubung nanggung bokap gw mutusin kalau mending kita langsung Subuh-an aja di mesjid depan hotel. Gw mau aja sih... tapi kok tiba-tiba gw dapet Morning Calling ya? Akhirnya gw misahin diri buat bongkar muatan dulu di kamar kecil restoran hotel. Setelah menunaikan hajat, gw langsung berangkat dengan suka cita.


Rasanya legaaaa... banget! Tapi di sisi lain, kota ini buat gw selalu menumbuhkan cinta. Ada beberapa kota, misalnya Batu – Malang dll yang bisa bikin perasaan gw kayak gini. Men..... indahnya menembus dinginnya udara pagi menuju kebahagiaan nyata. Gw janji dalam hati gw, gw pasti akan kembali ke kota ini, untuk menumbuhkan perasaan kayak gini, demi arti sebuah hidup.

the end

Seorang sahabat kembali setelah 2 tahun tak bertemu

Kami sambut dia dengan penuh suka cita

Walau dengan hati bertanya-tanya, ada apa gerangan?


Setelah sempat saling bertukar kata dan cerita

Setelah sempat saling melempar canda dan tawa

Dia bertanya kepada saya, bagaimana rasa sebuah perpisahan?


Saya terdiam sesaat.... Lalu saya jawab, menyakitkan

Membekas dalam di hati saya

Dan bohong kalau semua berakhir dengan baik-baik


Tapi itu bukan salah siapa-siapa

Bukan salah dia, mereka, atau pun orang lain

Sesuatu yang berakhir buruk, mungkin saja adalah yang terbaik


Bahkan pasangan yang terpaksa menikah karena suatu keputusan yang salah

Mungkin saja berakhir bahagia

Mungkin kalau mereka tidak melakukan kesalahan

Mereka belum tentu berani mengambil keputusan


Kalau saja di masa lalu saya memiliki sedikit keberanian

Kalau saja saya menafikan ego untuk memperoleh pencapaian terlebih dahulu sebelum memulai satu langkah baru dalam hidup saya

Mungkin saja ini tidak akan saya rasakan


Tapi yang tersisa hanyalah penyesalan

Hari ini, berbeda dengan hari yang lalu

Hari jumat ini, berbeda dengan hari jumat saat perpisahan ini terjadi

Hari ini adalah imbas keputusan yang pernah saya ambil dahulu


Apakah saya terlalu mengagungkan cinta?

Selemah itu kah saya meratapi akhir ini?


Adalah waktu yang bisa mengobati luka ini

Sebulan? Dua bulan? Buat saya menahun


Bukan salah siapa-siapa

Hanya imbas dari ketidak berdayaan saya


Dulu, rasanya lucu melihat seorang pria menangis demi wanita yang dicintainya

Kita akan terbahak-bahak melihat apa yang kita dulu sebut dengan kebodohan


Tapi apa rasanya saat tiba-tiba matamu terasa buram?

Bagaimana rasanya saat air matamu bergulir tak tertahankan?

Apakah yang bisa kau katakan saat tenggorokanmu tercekat?

Dan yang bisa hanya kau lakukan hanya lah menunduk tersedu?


Mungkin seperti itulah perasaan kita

Katakan lah kita bodoh

Katakan lah saya bodoh

Tapi kalau tidak berakhir seperti ini

Kalau saya tidak menangisi ini

Mungkin saya tidak akan pernah merasakan beratnya arti kehilangan


Mungkin dia meninggalkan luka di hati saya

Tapi dia meninggalkan kenangan dalam hidup saya

Dia juga mengubah saya menjadi orang yang lebih baik

Baru kala itu saya menyadari

Betapa besar dan nyata arti dirinya dalam hidup ini


Apakah ini yang kau rasakan sahabat?