Monday, February 22, 2010

Pencarian Pantai Terindah -part 4-


Day three, Friday February 19th 2010


Setelah sempat melihat laut kemaren, gw berniat melanjutkan tekad gw untuk melakukan pencarian pantai terindah. Pantai pertama yang akan gw datangi adalah pantai Lamaru. Dari hasil hunting di internet, katanya sih pantai Lamaru lebih cantik daripada pantai Manggar Segar Sari yang terletak di lokasi yang sama. Berhubung waktu gw terbatas dan lokasinya lumayan jauh, 22 km dari pusat kota, rencananya gw cuma ke salah satu pantai aja.

Perjalanan gw tempuh selama kurang lebih 45 menit dengan 2 kali ganti angkot. Sesampainya di sana, gw disambut oleh papan reyot penunjuk lokasi. Gak ada masalah, jelek berarti gak touristy.

Pantai Lamuru dan jalan raya dihubungkan oleh sebuah jalan akses yang menarik. Jalan setapak sepanjang ± 500 m, dinaungi oleh pepohonan pinus yang tinggi menjangkau langit. Jalan ini mengingatkan gw dengan Pulau Nami, tempat shooting film Winter Sonata. Mungkin suatu hari gw perlu kembali ke sini bersama pasangan gw untuk melakukan beberapa adegan romantis ala Kang Jun-sang dan Jung Yu-jin.

Pantai Lamaru sendiri terbentang sepanjang dua kilometer. Konturnya landai dan lautnya yang dangkal dengan dasar berpasir sekitar beberapa puluh meter dari batas pantai. Sepanjang pantai Lamaru setelah batas bibir pantai berpasir, ditutupi oleh pepohonan yang rindang. Di bawah pepohonan berjejer sepanjang coastal road warung-warung beratap rumbia atau daun nipah.

Awal Desember tahun lalu, gw sempet jalan ke suatu pantai nun jauh di sana. Tapi sudah 3 tahun berlalu semenjak terakhir kali gw berjalan di bibir pantai sementara ombak menerpa lembut kaki gw, menyisakan gemuruh debur suara kemudian kembali bergulung ke pantai. Tepatnya Juli 2007 di Anyer.

Gw gak bisa jaim terlalu lama, dengan spontan gw buka pakaian gw dan berlari menerjang ombak. Gw serasa menemukan kebahagian gw yang hilang dalam dinginnya air laut.

Hari menjelang siang dan gw bersiap pulang, gw mencari kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian. Tapi gw kaget banget ketika gw sadari bahwa semua kamar mandi di sepanjang coastal road dalam keadaan terkunci.

Ada ibu-ibu pemilik warung yang bilang kalau semua orang, termasuk para turis, pemilik warung dan pemilik kamar mandi, pada pergi nonton festival layang-layang di pantai Manggar, pantes pantai ini sepi. Gw gak kehilangan akal, sambil akrobat, gw mandi di bawah tanki tempat wudhu di musholla. Untung gak ada orang, kalau ketahuan, bisa-bisa gw dibakar massa pengurus DKM setempat.

Oke, gw merasa lebih baik, sudah waktunya kembali ke hotel, I have a flight to catch, Airfast jam 15.05 menuju kota tempat gw bekerja. Minggu depan gw akan melanjutkan pencarian pantai terindah ke tempat-tempat yang baru.

Sebagai bonus, berikut gw tampilin foto gw bersama ubur-ubur lokal pantai Lamaru :

piss…..



Minggu, 21 Februari 2010




Pencarian Pantai Terindah -part 3-


Day two, Thursday February 18th 2010


Gw bangun telat, jam 6 kurang ¼ , mungkin efek kelelahan perjalanan. Di bawah pintu, terselip koran Tribun Kaltim, gw baca sekilas, beritanya gak ada yang menarik, bahasa redaksinya kurang menjual, mungkin mereka perlu merekrut reporter senior dari Pos Kota atau Lampu Merah. Gw suka, bacaannya ringan, menyegarkan dan menaikkan adrenalin.

Gw turun buat breakfast, habis itu gw berangkat ke hotel Aston buat ketemu sama temen-temen. Berhubung level sosial di hotel Aston lebih tinggi, kita berpakaian dengan rapi agar bisa menikmati lunch dengan elegan di buffet hotel seharga IDR 98,000 / person. Kesempatan buat tampil nih… jarang-jarang gw bisa pakai baju rapi, celana dalam aja sengaja gw pake Pierre Cardin. Tapi tetep aja setelan gw masih kalah sama polo Baleno punya Doris.

Kita sempet nongkrong di Stamford Army. Gw sempet mau pesen sekalian nguji skill bahasa Inggris gw yang level 6 DO :

Gw : “Do you have meet-joke?”

Bartender : “Wah…. Apaan tuh pak? Ada juga Vodka Martini with a Lemon Twist, Classic Gin Martini, Herradura Tequila, kayak-kayak gitu pak…”

Yeeeh… labelnya aja Traditional English Pub, tapi kok bartender-nya pake logat banjar? Menunya juga gak terlalu lengkap, buktinya gw minta temu lawak aja gak ada.

Menjelang sore, kita cabut dari Aston menuju ACE Hardware di Mal BP. Pertanyaannya kenapa disebut Mal BP? (baca : Mal BePe, pake single L), kenapa gak keren dikit, kayak BP Mall? (baca : BiPi Moll). Dalam hal ini gw duga bahwa pengelolanya adalah orang Indonesia tulen.

Masuk ACE, semua bergerak dengan kepentingan masing-masing. Gw masih dengan tekad gw mencari celana renang yang mana sudah pasti gak ada di ACE, Marco nyariin titipan kasur angin, Daniel mengkritik barang-barang di semua rak satu persatu, sementara Drajat dan Andry berfantasi bagaimana asiknya punya rumah dengan perkakas-perkakas keluaran ACE Hardware. Mereka cocok banget, mungkin sebaiknya mereka menikah.

Pada saat sesi pembayaran, Daniel minta saran buat milihin botol minum yang bagus buat istrinya. Dengan spontan gw ambil botol minum merk Rubbermaid, yang menurut gw paling bagus dan terletak di rak depan, kayaknya sih hot item.

Daniel bertanya-tanya, “Oh… ini yang bagus ya?” Kok tampangnya kayak muka orang yang gampang ditipu ya? Gw perbuas aja, “Yoi Niel… ini lagi trend di kalangan masyarakat. Gw saranin sih ambil yang warna hijau, kayak logo di raknya, produk reduce reuse recycle, pokoknya top lah Niel….”

Mana ada tempat minum yang ngetrend? Kalau fashion sih iya. Tapi Daniel kayaknya masih belum yakin, dia ambil botol lain dari rak belakang merk Rubbermaid juga, cuma model yang elastis, bisa dipencet biar debit keluarnya gede (gw teknik sipil cuy… mekanika fluida kayak gini doang sih cetek, hehe). Gw ngernyitin dahi, botol minum kayak gini sih cocoknya buat pembalap sepeda.

Gw perbuas lagi, “Jelek itu… ambil yang ini, semua remaja pake ini sekarang…”.

Daniel : “Serius ini lagi trend Yal?”

Gw : “Yoi Niel… ambil 3 kalau perlu”

Kayaknya Daniel udah kemakan omongan gw, akhirnya dia beliin 1 biji buat istrinya. Sebenernya barangnya emang bagus, cuma keberhasilan mempengaruhi Daniel ini yang bikin gw puas banget, bwuehehehehhh…..

Habis dari ACE Hardware, kita bergerak ke Balikpapan Super Block (BSB) buat lihat e-Walk. Gw lihat cukup lumayan, mendekati CiWalk Bandung lah… Setelah muter-muter, akhirnya kita milih buat J-Coing. Sayangnya karena pelanggan yang berjubel, belum lagi pelayanan yang lama, bikin banyak pelanggan tak terlayani. Belum lagi sistem panggil ketika orderan tersedia, gak dianterin, bikin gw bt total. Gw nyesel gak jadi ke Starbuck, akhirnya gw gak mesen apa-apa.

Sambil minum J-Co beverages, Marco nunjuk konter depan. Marco: “Bajunya lucu-lucu Yal”. Gw lirik, “Iya Co, Coconut Island, agak mahal sih…” Marco ngajak ngeliat bentar, kita cek ternyata ada promo, beli 1 gratis 1 for selected item. Marco interest, akhirnya kita sharing. Setelah bayar, gw cepet-cepet kabur sebelum terhipnotis kata-kata counter hand Giordano di konter sebelah, “Giordano-nya silahkan kak…”

Menjelang sore kita pulang ke hotel buat siap-siap dinner. Gw mandi sebersih-bersihnya trus nyemprot badan dengan Hugo Boss Energise, sapa tau ada cewe kecantol.

Kita mau makan di pinggir pantai, penunjuk jalannya adalah Daniel. Dari depan hotel kita naek angkot no. 6, angkot baru jalan 100 m, Daniel bilang “Stop!” Kita telah sampai di tujuan. Langsung gw kemplang kepalanya, orang kayak gini yang bisa bikin bangkrut bangsa dan negara. Masa jarak 100 m aja pake angkot?

Kita masuk ke restoran Ocean’s Resto Fish Connection, kata Daniel terkenal, jadi kalau ada cewe-cewe yang mergokin kita keluar dari sana sambil sendawa keras-keras, mereka bakal mengerubitin kita sambil terkagum-kagum. Oke, langsung kita pilih tempat duduk dengan view langsung ke tepi laut.

Baru ngeliat daftar menu, gw spontan terpekik kaget lihat harganya. Gw pernah makan sashimi seharga 750 ribu di Kho Tavern Plaza Senayan dan gw biasa aja karena emang worth it, tapi gw gak nyangka harga sea food di sini di semahal ini. Berhubung Daniel udah ngomong kita mau ngabisin 500 rb per orang buat makan di sini, akhirnya kita meneruskan kenekatan kita makan see food THH ini (Tah Hapa-Hapa).

Keluar dari Ocean, kita sendawa keras-keras, tapi kok gak ada yang ngerubutin ya? Mungkin Andry lupa gosok gigi. Ya sudah lah… sebelum pulang ke hotel, kita anter Daniel dulu cari sedal jepit buat istrinya. Di Sport Station gak ada yang cocok, trus gw telurkan ide spektakuler : coba cari di Crocs!

Ide brilian gw ditanggapi serius sama Daniel. Gw ajuin beberapa option pilihan standar cewe: Malindi, Olivia dan Audrey yang ada di sana. Tapi si Daniel bilang istrinya lebih suka Captiva. Gw bilang okey ambil aja, tapi kayaknya kok Daniel masih dalam pertentangan batin ya ngeliat harganya yang lebih dari setengah jeti?

Dia telpon istrinya, istrinya malah minta Santa Cruz, kebetulan di konternya ada yang corduroy. Problemnya, harganya lebih mahal! 750rb! Gw bilang biasa aja, toh gw dulu beli Santa Cruz juga segituan. Akhirnya jeritan dompet mengalahkan kasih sayang terhadap istri, Daniel lebih milih ambil Reebok di The Athlete’s Foot.

Pencarian Pantai Terindah -part 2-



First Travel : Balikpapan



Day one, Wednesday February 17th 2010


Hari ini gw akan memulai perjalanan pencarian pantai terindah, kota pertama yang akan gw datangi adalah Balikpapan. Rencananya gw bakal ngambil penerbangan jam 16.30 dengan maskapai Airfast, jadi paginya masih bisa ngantor dulu.

Hari Rabu pagi, gw memulai hari dengan crowded. Bos minta dibuatin request to contract buat orang Supply Dept, superior minta gw bikin tender concrete spillway dam, gw harus ke lapangan buat cek volume pekerjaan kontraktor, trus ada beberapa quotation yang harus dicek. Bukan pekerjaan sulit sih… tapi banyak banged! Pake D!

Gw mulai dengan ke lapangan buat bikin estimasi volume tender dan cek hasil kerjaan kontraktor. Ada tiga lokasi yang harus gw cek, dan lokasinya cantik semua. Ini salah satu lokasinya, Danau Meranti :


Hati kecil gw terpanggil untuk berenang mengarungi danau ini, satu-satunya hal yang mencegah gw hanyalah keberadaan buaya-buaya di tengah danau yang siap mencabik-cabik badan gw dalam hitungan detik.

Gw melanjutkan perjalanan sambil ngecek beberapa lokasi pekerjaan lain, gak terasa waktu sudah menunjukkan jam makan siang, dan gw baru balik ke kantor setelah jam 1.

Di depan komputer, gw dihadapkan kenyataan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang menumpuk tadi belum ada yang selesai, belum lagi ada tambahan-tambahan pekerjaan lainnya. Gw mau kerjain, tapi ada email dari Tri anak contract mining, “Eh… gimana kalau kita jalan-jalan ke Wakatobi?” Dengan happy gw bales-balesan email mengingat prospek foto gw di-tag di facebook dengan jumawa dalam keadaan diving pose erotis.

Gak terasa waktu sudah menunjukkan jam 3, gw tambah panik karena waktu check in gw jam ½ 4, walhasil gak ada yang gw kerjain satu pun. Gw melarikan diri dari tanggung jawab dengan ngasih semua pekerjaan ke partner gw, Reagen. Reagen menerima dengan pasrah, tapi penderitaannya gak berhenti sampai di situ aja, karena gw paksa dia nganter ke bandara.

Setelah ngambil tas dan ganti baju sebentar di kosan, gw berangkat ke bandara. Gw berangkat menuju Balikpapan dengan pesawat Casa 212-200 buatan tahun 1982. Cukup menakutkan berhubung pesawat ini umurnya lebih tua dari gw. Waktu take off sih lancar, tapi terbang dengan pesawat kecil ini, gw agak bermasalah dengan altitude, beberapa kali telinga gw terasa tertekan, mungkin telinga gw terlambat melakukan penyesuaian tekanan udara akibat perubahan tekanan udara yang ekstrem secara mendadak.

Tapi untungnya gw merasakan itu ketika sudah mau landing di Bandara Sepinggan, Balikpapan, jadi gak terlalu parah. Berhubung biaya penerbangannya cukup mahal, gw menyempatkan diri mejeng di depan kokpit. Lumayan… sapa tau bisa meningkatkan harga diri kalau dipasang sebagai profile pic di facebook.


Sesampai di bandara, gw melanjutkan perjalanan ke hotel. Ada 2 alternatif, naik taksi langsung, atau naik angkot. Perbedaan harganya tipis aja, tapi selalu ada hal yang berbeda ketika naik angkot. Berbaur dengan berbagai lapisan masyarakat, asap knalpot hitam kendaraan di depan yang kadang menerpa kita, melihat suasana kota dengan lebih leluasa dari jendela, bener-bener menimbulkan sensasi tersendiri.

Gw naik angkot 2 kali, ke Mal BP dengan angkot no. 7, trus naik angkot no. 6 ke hotel. Rencananya gw bakal nginep di Adika Hotel Bahtera. Gw cek rate-nya untuk standar room, USD 102.85 / day. Mmmm…. kalau gw ganti rencana minum kopi di Starbuck dengan beli kopi sachet ketengan di warung depan, trus gw kurangi biaya kuliah calon anak gw, trus gw pending rencana pembelian polo Fred Perry, oke! Gw ambil kamar di sini buat 2 hari.

Gw tanya resepsionis jam berapa dinner dimulai? Tapi dia bilang kalau fasilitas hotel cuma breakfast doang, amit-amit, perasaan waktu gw nginep di Elaf yang sama-sama bintang 3 dapet dinner juga ah…

Gw putusin buat cari makan di Plaza Balikpapan yang terletak persis di depan hotel. Pertamanya gw mau makan di Food Court Pasifica lantai 3. Tapi kok gak ada tamunya ya? Kecurigaan gw makin bertambah setelah dari beberapa menu yang gw pesan, waitress-nya bilang gak ada. Ketimbang keadaan bertambah parah, gw cancel semua pesanan gw trus lari tunggang langgang ke Solaria di lantai bawah.

Gw makan dengan nyaman, setelah itu gw ke Royal Warehouse buat cari celana renang. Barang yang gw cari gak ada, tapi gw keluar sambil nenteng kantong belanja isi sandal jepit Airwalk. Padahal sandal jepit gw udah ada 4 biji, parah! Memang sulit ngindarin godaan belanja, gw bikin notes di HP kalau gw bakal ngurangi anggaran biaya kuliah calon anak kedua gw buat biaya hidup gw di Balikpapan sekarang ini.

Setelah itu gw nyempatin diri buat liat-liat konter Crocs, Hammer, Giordano, Absolute Surf, Sport Station dan konter-konter jam tangan Kenneth Cole & Swatch yang gak bisa tiap hari bisa gw lihat di kota tempat gw kerja. Cukup menimbulkan inspirasi, waktu sudah menunjukkan jam 9, dan gw kembali ke hotel untuk istirahat.

Saturday, February 20, 2010

Pencarian Pantai Terindah

Hari Jumat sore, sepulang dari kantor, seperti biasa saya menyalakan laptop dan televisi serta mengambil sebuah buku secara acak dari rak di dinding. Beberapa pesan elektronik masuk di kotak surat. Kebanyakan dari milis, situs pencari kerja, dan advertasi. Saya pindahkan tab ke situs jejaring sosial pribadi, ada beberapa notifikasi, saya klik satu persatu, tiba-tiba mata saya tertumbuk pada satu permintaan koneksi, seseorang dari masa lalu…

Sudah hampir 3 tahun berlalu semenjak terakhir kali bertemu. Saya pikir saya baik-baik saja, dunia kecil yang saya bangun sendiri ini sudah berputar tenang. Ada senyum, ada tawa, saya pikir saya sudah menjadi lebih baik.

Tapi semua berubah ketika saya melihat fotonya, potongan-potongan kenangan masa lalu merayapi pikiran saya. Dengan melihat fotonya, saya masih melihat refleksi mimpi masa lalu kami di wajahnya. Sisa-sisa jejak kebahagian dan penyesalan, bayangan masa lalu, melebur menjadi satu.

Saya tatap foto itu sekali lagi. Hari itu saya pertama kali melihatnya melintas di lapangan basket kampus. Saat itu juga saya menyadari bahwa hati saya dicuri oleh pancaran senyum dan gerai rambut ikalnya.

Ada potongan kenangan ketika saya berkenalan dengannya. Dengan canda saya berujar bahwa saya akan lebih sering ke rumahnya, dia tertawa dan menyatakan tidak keberatan. Seperti de-ja vu, bayangan ketika kami berbagi mimpi saat menyaksikan indahnya pantai Belitung di film Laskar Pelangi kembali muncul. Saat itu, kami merasa bahwa kami takkan terpisahkan.

Lalu ada gambar ketika saya terduduk di hamparan pasir putih Pangandaran. Melihat sosoknya saat berlari mengejar ombak ketika pasang surut kemudian menerjang ombak ketika pasang mulai naik sambil tertawa lepas. Rambutnya basah terkena butiran-butiran pasir membiaskan cahaya matahari sore. Sepasang mata coklat itu bersinar terang bahagia. Dia tidak pernah secantik hari itu.

Tapi saat ini semua sudah berlalu. Masa lalu adalah bagian dari hidup yang seharusnya dilupakan. Tetapi rasanya ada sesuatu yang hilang. Serpihan-serpihan kebahagiaan dan mimpi saya tertinggal di hamparan pasir laut dan gulungan-gulungan ombak yang berkejaran mencium bibir pantai.

Saya tidak tahu, mungkin saya harus kembali. Melakukan perjalanan pencarian pantai terindah. Mengumpulkan kembali serpihan-serpihan kebahagian saya, mencari cinta baru, dan mengakhirinya di Belitung. Saya tidak tahu, rasanya saya harus kembali…



Jumat, 5 Februari 2010