Tuesday, May 4, 2010

Pencarian Pantai Terindah -part 34-


Afternoon : Shopping Tour

Setelah dari GWK, kita bersiap mengakhiri petualangan ini. Kita pulang menuju Bandara Ngurah Rai. Secara kebetulan, kita lewat dan memutuskan mampir di Joger, kebetulan Marco juga dapet titipan dari Boncel & Jibon. Tapi begitu masuk ke sana… ampun-ampunan Gan!!! Kayak pasar!! Ratusan remaja tanggung bersama puluhan pria-wanita separuh baya rebutan belanja. Mereka udah gak merhatiin t-shirt & produk yang mereka beli: pilih, ambil, bayar! Padahal sebenernya gw gak terlalu suka sama Joger, buat gw kata-kata di t-shirt-nya agak kasar. Mungkin ini pengaruh kekuatan brand image.

Marco udah males milih, akhirnya asal comot aja, toh titipan ini :-p Gw batal mau ambil salah satu, modelnya gak ada yang pas. Cuma Tri yang niat beli, dia ambil 2 biji ukuran M, padahal size Joger kayaknya gede.

Gw tanya, “Kenapa ngambil yang M? Lo sama gw pasnya kan S?”

Tri: “Gak ada yang kecil”

Gw: “Lah itu kan kegedean??”

Tri: “Gw beli cuma buat eksis aja”

Gw pingsan lagi….


Keluar dari Joger, berhubung masih ada waktu sebelum pesawat Tri & Marco take off jam 6 sore, kita nyempetin diri buat jalan-jalan ke pertokoan di sepanjang Jl. Pantai Kuta. Ada toko buku bekas jual Lonely Planet Southeast Asia, tapi mahal… 200rb T_T

Kita akhirnya masuk ke salah satu toko Surf. Gw interest sama t-shirt Rip Curl Bali, soalnya t-shirt Volcom Bali gw yang lama lumayan bagus. Waktu gw coba, jatuhnya nge-slim sih, enak. Cuma gw agak curious sama bau sablonnya yang keras, curiga barang abal-abal. Gw gak jadi ambil, cuma Tri sama Marco yang belingsatan belanja, mereka ambil beberapa t-shirt, masa ampun….


Setelah menghambur-hamburkan duit yang jumlahnya cukup untuk membiayai satu panti asuhan selama satu tahun, sudah waktunya kita pulang dari Bali. Tri & Marco naik kembali kerja, gw melanjutkan cuti ke Jawa. Cuma gw gak sanggup bayar biaya tiket pesawat ke Surabaya. Tri & Marco bayar 1,2 juta perak cuma buat tiket Mandala Denpasar-Surabaya! Amit-amit jabang bayi!! Untungnya tiket Surabaya-Balikpapan Lion Air mereka agak murah, 400rb.

Akhirnya gw putusin buat naik travel Denpasar-Surabaya, toh gw juga gak dikejar waktu. Rekomendasinya Penjor Travel, gw ditawarin mobil executive Isuzu Elf IDR 150,000 atau mobil super executive Travello IDR 200,000. Gw pilih yang super executive aja berhubung ini pertama kalinya gw naek travel lebih dari 12 jam. Paling banter gw naik travel dari Balikpapan ke tempat gw kerja cuma 8 jam perjalanan.

Akhirnya gw pulang ke Surabaya dengan perasaan damai dan bahagia :-D


Apakah saya menemukan pantai terindah di Bali? Apakah saya harus melanjutkan pencarian pantai terindah ini ke Belitung?


Jawabannya tidak. Kalaupun saya melanjutkan perjalanan ini, cuma karena saya suka. Saya sudah lama menemukan pantai terindah saya sebelum berangkat ke Bali.


Saya menemukannya dalam diri kamu.


"Do you love me or do you not? You told me once but I forgot"




Sabtu, 1 Mei 2010


Monday, May 3, 2010

Pencarian Pantai Terindah -part 33-


Morning : Pasar Kumbasari- Denpasar

Kira-kira jam 7, kita pulang ke hotel untuk mandi, packing, dan check out. Ini hari terakhir kita di Bali, kita harus cari oleh-oleh sebelum pulang. Karena kita gak tau letak Pasar Sukawati, kita putuskan cari oleh-oleh ngikutin rekomendasi Lonely Planet, yaitu ke Pasar Badung & Pasar Kumbasari di tengah kota Denpasar, sambil cari makan di sana. Sayang jam 8 pagi belum ada restoran buka, jadi kita lanjut cari oleh-oleh aja.

Setelah parkir, kita masuk ke Pasar Badung yang katanya jual pakaian & handicraft di lantai atas, sama buah-buahan di lantai bawah. Begitu sampai sana, iieeeeuuukkhhhh….. asli rojok-nya!! Ini sih pasar biasa! Lantai bawah dijejali pedagang daging babi, di lantai atas juga gak ada keliatan penjual souvenir, cuma pakaian jadi dll. Kita terpaksa jalan ngelewatin TPS buat nyeberangin Sungai Badung menuju Pasar Kumbasari. Pasarnya relatif lebih sepi, didominasi penjual handicraft, kain tenun, sama kerajinan emas. Sialnya, sebenernya pasar ini punya akses lebih bagus lewat Jl. Gajah Mada, dan mungkin karena hari minggu, gak banyak kios yang buka.

Kita baru dapet kios yang buka di lantai tiga. Ada beberapa barang menarik kayak patung miniatur wajah, lampion, lonceng, parfum mini, aroma therapy, dll. Lucu-lucu, gw milih barang dengan antusias, sebelum Marco menghancurkan semangat gw dengan kata-kata, “Kayak ada aja cewe yang dioleh-olehin?” GUBRAK!! Wadooowww… T_T Gw baru inget kalau gw jomblo, semenit yang lalu gw masih ngerasa sebagai kaum pria yang digilai wanita T_T


Morning : Uluwatu

Setelah cari oleh-oleh seperlunya, kira-kira jam 9 pagi kita melanjutkan perjalanan ke Uluwatu. Cuma butuh beberapa menit sebelum kita menyadari bahwa kita kesasar. Asli tanpa guide kita bener-bener kayak anak ayam kehilangan induk! Nanya beberapa orang di sepanjang jalan pun percuma, kitanya jadi tambah bingung. Akhirnya kita ngandelin intuisi kita, pokoknya kita ngambil jalan ke arah selatan! Marco nyetir, gw berdoa, Tri bengong. Keajaiban dunia bertambah menjadi 8 ketika kita tiba-tiba nemu jalan yang benar! Gw bikin note di HP kalau gw bakal ajuin ini ke New7Wonders Campaign pas gw pulang ke Jawa nanti.

Akhirnya kita sampai di Uluwatu, salah satu Pura Khayangan Jagat, yang secara spektakuler berdiri di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut.

Ini yang ketiga kalinya gw ke sini, dan gw gak pernah berhenti kagum dengan keindahannya. Kita sempat jalan ke alas kekeran yang katanya penyangga kesucian pura. Waw…!! Bau monyet menguar keras dari hutan kecil ini :-p

Dari sana, kita menyusuri walkway menuju puranya yang terletak di ketinggian ± 100 m dari permukaan laut di atas tebing. Kebetulan pas lagi ada upacara di sana. Lucunya, begitu masyarakat membawa sesajen ke pura, monyet-monyet di sekitar pura ikut naik ke sana mencari peruntungan. Kita berjalan di antara monyet-monyet kelaparan tadi. Tiba-tiba ada monyet Jumbo Jones ngelewat di depan kita dengan jumawa! Sangking ngerinya gw sama Tri sampe terhenti selama ± 1 menit buat ngasih jalan si Jumbo Jones lewat. Ngeri amat… Tatuuutt…. T_T


Noon : Garuda Wisnu Kencana

Menjelang siang, kita berangkat menuju destinasi selanjutnya, yaitu Garuda Wisnu Kencana (GWK). Tempat ini merupakan taman budaya yang direncanakan akan didirikan sebuah landmark patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi tunggangannya, Garuda.

Di tempat wisata-wisata sebelumnya kita biasa dikutip IDR 2,000 – IDR 3,000 untuk restribusi. Tapi loket pembayaran GWK, kita dibuat melongo begitu disuruh bayar IDR 25,000 / person. Gaya kita udah kayak turis kikir pergi ke kota. Gw bener-bener lupa kalau biayanya segitu, padahal tahun 2005 lalu gw pernah ke sini T_T

Eniwey, GWK sendiri merupakan mega proyek terbesar di Bali. Patung ini direncakan akan dibangun setinggi 146 m dengan bentangan sayap garuda sejauh 66 m. Sayangnya sejak tahun 2005 lalu, gak ada kemajuan berarti dari mega proyek ini. Bagian yang sudah selesai masih separuh badan Wisnu, bagian kepala burung Garuda, dan dua telapak tangan Wisnu yang salah satunya memegang Bunga Wijaya Kusumah.

Hal menarik lainnya dari GWP ini adalah pemandangan spektakuler yang terhampar sepanjang mata memandang. Bebatuan cadas di potong secara vertikal membentuk dinding-dinding tribun dengan hamparan rumput hijau pada bagian dasarnya. Di tengahnya terdapat walkway yang membelah lapangan rumput dari bagian paling belakang hingga kedepan patung Garuda. Rock abizzz!! Cocok buat foto cover album :-D



Pencarian Pantai Terindah -part 32-


Perasaan gw sedikit terobati setelah gw bisa menghirup udara berbau garam pantai. Tiba-tiba Tri nyeletuk, “Itu tuh yang terang di selatan itu Jimbaran” Gw sama Marco antusias, gw terakhir makan terakhir di Jimbaran sekitar 5 tahun lalu. Akhirnya kita jalan ke sana, ada kali ½ kilo.

Sampe sana, ternyata yang terang tadi itu Centro Mall. Gw cek di peta, wadooowww!!!!! Jimbaran itu kan jauh banget dari Kuta!!! Malam bertambah buruk semenjak kita kehilangan guide kita. Kita putusin jalan kaki lagi ke tempat semula, gempor, gempor dah…


Menyusuri jalur pedestrian sepanjang pinggir pantai Kuta membuat kita kembali tersadar bahwa kita berada dalam gemerlapnya kehidupan malam di Bali. Di sepanjang jalan, banyak berderet outlet-outlet international brand, tempat kita bisa menghamburkan uang sepuasnya. Semua yang kamu mau, ada di sini. Hanya ada satu tuhan di sini, yaitu kesenangan :-D

Kita sempat melewati tiga surga clubbing di Kuta, yaitu Hard Rock Cafe, Ocean Beach Club, sama Kama Sutra. Sayang mereka gak nyediain temulawak, jadi kita gak jadi masuk. Kita berbelok ke Gang Poppies II menuju Jalan Legian. Gw bisa bilang Jalan Legian itu sumber dari segala sumber fantasi! Di sepanjang jalan didominasi oleh club-club. Yang bikin asik itu konsep outdoor-nya, kita bisa ikut melantai gratis di depan tiap-tiap club tanpa parlu masuk, bareng bule yang sibuk negak bir Bintang.

Banyak cewe-cewe dengan dandanan masa kini seliweran di sini. Suasananya bener-bener asik, apalagi suara dentuman musik terdengar dari seluruh pelosok Legian. Kita berupaya tetep cool, cuma hidung kita aja yang masih ngos-ngosan menahan perubahan hormon.

Puas goyang-goyang, kita lanjut cari tempat makan. Rata-rata sebagian besar café udah gak jual makanan lagi, cuma minuman doang berhubung sudah terlalu malam. Akhirnya kita makan di Char Grill Express Café, at least lebih berkelas dibandingkan nongkrong di fast food lain. Rasanya lumayan, gw suka Beef Rolls-nya. Jam satu malam, kita meninggalkan Kuta menuju penginapan buat istirahat, bersiap ngejar sunrise di Sanur.



Day Four: Sunday – April 4th 2010

Early Morning : Sanur Beach

Setelah Subuh, kita berangkat dari hotel menuju Pantai Sanur. Berhubung kita semua menyadari bahwa kita semua adalah stupid map reader, kita akhirnya pergi dengan metode tradisional, ngikutin petunjuk yang ada di sepanjang jalan. Kita sampai di sana jam ½ 6 pagi, begitu buka pintu mobil, ternyata sudah banyak photographer-photographer yang berbondong-bondong lari ke pantai buat cari spot terbaik mengabadikan sunrise. Tri & Marco ikut berlari panik sambil ngayun-ngayunin tripod buat membubarkan massa, sementara gw melenggang kangkung dengan santai di belakang.

Setelah berhasil mendapatkan spot terbaik, mereka mulai mengambil foto. Sementara gw duduk di dermaga pantai sambil memandang sang fajar muncul dari peraduannya, terbangun dari tidur lelapnya. Gw memandang terpesona ketika sang matahari mulai memecah langit, menyeruak di antara awan-awan yang menyelimuti bumi. Awan berarak lambat, ombak bergulung pelan, angin bertiup lembut, seolah semua hendak mengucapkan selamat pagi kepada sang surya. Gw tersenyum kecil ketika sinar matahari mulai bersinar, menghangatkan tubuh ini. Mungkin ini salah satu momen terbaik dalam hidup gw, gw gak mau detik-detik ini bergulir terlalu cepat.

Setelah matahari mulai meninggi, kita menggeliat bangun, berdiri, siap memulai hari. YEAH BEYBEH!!! We are full power!!!