Saturday, July 19, 2008

Rubrik Jomblo edisi 3

Jumpa lagi… Jumpa Sahrial kembali…

Ya di sini…Bersama Sahrial Kembali….

Kita bernyanyi, kita menari, seirama…

Bergembira, kita bernyanyi bersama (2x)

Cilukba !!!! Rubrik Jomblo!!! Muuuuaaahhhh…..

(Jingle Rubrik Jomblo, Tompi, jazzy style)

Dalam rubrik jomblo yang saya edarkan, bisa jadi ada yang berkomentar miring, “Seorang yang jomblo menggurui orang2 jomblo lain?” Saya tidak mempermasalahkan ketika anda meragukan kompetensi saya. It’s not a big deal for me because it’s doesn’t make a big different in my life. Hanya bagi saya, ada perbedaan kecil mengenai kejombloan tiap manusia, dan mungkin itu yang membedakan arti kejombloan diantara anda dan saya.

Agar lebih membumi, mari kita mengambil contoh dari diri penulis. Adalah benar bahwa saya jomblo. Tapi saya merasa ada yang berbeda dari kejombloan diri saya dengan kejombloan orang lain. Apakah itu? Jawabannya adalah paradigma berpikir.

Mantan saya pernah berkata bahwa saya adalah seorang “Loose Guy”. Benar-benar Analisis yang Luar Biasa! Adalah sangat benar bahwa saya adalah seorang yang Loosy, cenderung lepas. I’m a man who live just for today. Hal ini berakibat saya hampir tidak pernah memikirkan efek dari perbuatan yang saya lakukan. Dalam hal hubungan antara pria dan wanita, saya tidak pernah minder dalam memilih pasangan hidup.

Saat ini saya mengincar empat wanita sebagai calon pacar saya. Apakah saya seorang yang brengsek? Saya rasa itu adalah sebuah hal yang wajar. Dalam melamar pekerjaan, adalah sebuah hal yag lumrah ketika kita melamar ke beberapa perusahaan. Take an example for myself. Januari 2008 ketika kontrak di PU saya habis, saya melamar ke KPC, Kideco, Antam, Thiess, CNooc & Rekind. Apa yang saya bilang ke semua interviewer? ”Saya merasa, di bidang ini, perusahaan anda adalah perusahaan yang terbaik di Indonesia. Saya ingin mengembangkan karir saya di sini & stay selama mungkin di perusahaan anda.” Anda merasa saya sebagai big fat lier? Bencilah diri anda sendiri karena saya yakin anda juga begitu.

Dari empat wanita tersebut, semua di atas rata2. Astri? Wew... She’s perfect! Udah pinter, S2, penyayang, keibuan pula. ”Jasmine” di Cerbung Kisah Cinta di Sangatta? She’s really a duplicate of my ex :$ (malu....). Kecengan gw yang baru di sini? Heheheh J Badut Bozz! Setipe ama gw, cerdas abis tuh bocah! Trus yang terakhir yang di Bandung, mmm… Mirip Nia Ramadhani cuy…. :-p

Apa semua berjalan lancar? Gak semua bro… Dua dari empat cewe tersebut menolak saya. Pertanyaannya : Apakah saya frustasi dengan kenyataan penolakan tersebut? Haruskah saya merasa hancur, jatuh ke jurang depresi, kemudian menyetel lagu Edi Silitonga berjudul “Doa” di Walkman saya? Tidak kawan… Seperti yang saya sebutkan di atas, terdapat perbedaan kecil di antara anda dan saya, yaitu Paradigma Berpikir. Itulah yang ingin saya bahas di rubrik yang hari ini lebih sedikit serius karena penulis sudah makin mature. Paradigma Berpikir Menyikapi Penolakan.

Ketika Cinta Ditolak

Apa yang terjadi ketika pria ditolak wanita? Atau apa yang terjadi ketika wanita menunjukkan sikap menolak ketika didekati pria? Akan saya rekonstruksikan secara singkat :

  1. Pria : Menunjukkan perilaku menyukai pihak wanita, biasanya ditandai dengan memberikan perhatian lebih atau ketahuan mencuri2 pandang (hal ini ditandai dengan terlalu seringnya pria memandang target melebihi kewajaran)
  2. Wanita : Menunjukkan gejala risih terganggu, mata memicing tajam, mengeluarkan kata2 tajam sedingin es, bersikap dingin, defensif, dan anatomi wajah menunjukkan seringai meremehkan
  3. Impuls penolakan mengalir lambat menuju ke otak sang pria, perjalanan impuls menuju otak menyisakan rasa sakit yang amat sangat dan ketika sudah sampai di otak, tersampaikan informasi ”Maaf! Anda Kurang Beruntung!”
  4. Tubuh memberikan reaksi reflektif, ditandai kehilangan energi yang mengakibatkan langkah terhuyung2, keringat dingin mengalir deras, kepala terasa berat, gigi bergemeletuk, dan terdengar halusinasi suara lagu Afgan berjudul ”Sadis” di telinga
  5. Korban menunjukkan kecenderungan untuk mengurung diri di kamar, kehilangan nafsu makan, frekuensi konsumsi rokok meningkat drastis, mulai membuka phonebook hp mencari penjual ganja terpercaya
  6. Masyarakat sekitar merasa terganggu, dan demi ketenteraman lingkungan, keluarga korban memasang rambu dalam jarak minimal 48 m dari kamar korban


Mengapa kita merasa seperti itu? Jawabannya sederhana, Karena kita menempatkan derajat wanita di atas kita! Padahal dari balita kita sudah dikenalkan lagu :

”Bila kuingat telah... Ayah bunda... Bunda dipiara oleh ayahanda...

Sehingga bunda berkembang biak...”

Lagu yang cukup memprovokasi kaum feminis. Terbukti beberapa waktu yang lalu Ayu Utami dkk beronani berorasi di depan TK setempat memprotes doktrinisasi kaum balita. Saya tidak mau membicarakan masalah gender, mungkin puisi ini sudah cukup menjelaskan :

Woman,

was created from the rib of mine

not from my feet.....to be walk upon

nor my head ...to be above me

but from my side...to be equal...

near my arms...to be protected

close to my heart...to be loved....

Wanita sama aja dengan pria. Adalah hal lumrah ketika wanita menolak pria, sama ketika pria menolak wanita. Seorang wanita dari kalangan feminis pernah memberi sanggahan terhadap Equal Concept yang saya junjung. Dia bilang :

”Ga bisa gitu yal! Dalam proses PDKT sangat wajar kalau derajat wanita di atas. Karena ketika sudah menikah, wanita membaktikan diri kepada pria. Jadi wajar kalau pria yang mengejar2 wanita.”

Well... tidak salah sih. Tapi buat saya pandangan dia terkungkung oleh patron masyarakat. Kenapa harus begitu? Karena dari dulu begitu. Benar-benar Sampah! Justru pandangan itu sangat jender. Bahwa wanita makhluk lemah, pria lebih kuat.

Justru wanita lebih kuat daripada pria. Take an example dalam masalah belanja. Wanita bisa dengan santai keluar masuk pasar, plaza, mall & kaki lima untuk mencari suatu barang, yang dijual bebas di pasaran, demi mencari standar harga terendah. Sementara pria mengikuti dengan langkah terhuyung2, lalu minum M150, kemudian berteriak “BISA!” Baru berlari mengejar pasangannya. Hal tersebut berulang tiap 100 m.

So? Just put it equal. Free ur mind! Push ur limits! Jangan terkungkung dalam patron masyarakat karena semua cuma bersumber dari kebiasaan. Kenapa orang harus cebok dengan tangan kiri? Karena tangan kanannya sedang dipake sikat gigi. Kenapa di depan umum, orang malu berciuman? Karena belum gosok gigi. Kenapa anak kecil harus tidur sebelum jam 9 malem sambil dikelonin ibunya? Karena bapaknya mau ngeceng ke konser Gigi.

Menyikapi Penolakan

Terkadang kita terlalu serius dalam menyikap penolakan. Kebanyakan pria akan bersikap seperti saya sebutkan dalam Sub Bab ”Ketika Cinta Ditolak”. Padahal ditolak adalah hal yang wajar. Seperti disebutkan dalam rubrik Jomblo edisi 1 lalu, penulis sangat berpengalaman. Saya pernah mengalami berjuta penolakan, beribu pandangan meremehkan, beratus tamparan, berpuluh penggantungan hubungan, dan satuan kisah cinta.

Kesimpulan dari masa lalu penulis, selain permasalahan jam terbang, masalah terutama justru paradigma berpikir. Semua akan terasa sederhana ketika kita berpikir: Wanita sama saja dengan pria.

Saya ulangi sekali lagi : Jangan terlalu serius dalam menyikapi penolakan!

Adalah hal lumrah ketika wanita menolak pria, sama ketika pria menolak wanita.

Berikut saya jabarkan beberapa alasan sederhana, sangat... sangat... sederhana, mengapa pria menolak wanita :

  1. Karena cewe itu jelek
  2. Karena cewe itu bau kelek
  3. Karena jijay sama rambut tai lalatnya
  4. Karena cewe itu kumisan
  5. Karena cewe itu jarinya jempol semua
  6. Karena ukuran lubang hidung cewe itu berbeda antara yang kiri dengan yang kanan
  7. Karena pengen nolak aja
  8. Meningkatkan popularitas sebagai Lady Killer
  9. dll dll

So? Simple kan? Tidak ada hal yang prinsipil, tidak perlu dibesar2kan.

Hal yang sama berlaku ketika wanita menolak pria. Bagaimana paradigma berpikir saya ketika dua dari empat cewe di atas menolak saya? Kemungkinan hal inilah yang menjadi alasan :

Mungkin dia bangun pagi dengan kaki kiri, sedang PMS, waktu keluar kamar jari kaki kelingkingnya terantuk pintu, cebok ga bersih, sedang pake cd side B, lupa cukur bulu idung, pake baju ga matching, ngikutin style yang salah : chick & max, di angkot ada orang bersin straight in front of her face, dimarahin supir angkot gara2 bayarnya kurang, nginjek sesuatu yang lembek hangat dalam perjalanan menuju kampus, keserempet ojek, dan kentut di muka umum.

Dalam satu hari yang serba ga tepat tersebut, saya menembak dia. Tentu bukan hal yang salah ketika dia menolak saya karena menganggap saya adalah bagian kesialan hari ini. Padahal siapa tahu saya adalah anugerah Tuhan atas segala cobaan hari ini. Who know???

Dan karena saya adalah type Loose Guy, a man who live just for today, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan saya. Terlalu sia2 membuang umpan untuk ikan yang sama. Actually, challenge in fishing is how to get fish, not those fish itself. Jadi sikap yang harus diambil pasca penolakan is looking something new. Bisa metode mendapatkan ikannya, dari metode pancingan ke metode tombak ala bolang, atau bisa mencari ikan yang baru.

Sementara sikap yang saya ambil adalah mencari ikan yang baru, dan itu ternyata cukup menyenangkan :-D Btw, lucunya, dalam satu kasus pasca penolakan yang terjadi pada diri saya, ada cewe yang penasaran mengapa setelah menolak saya justru saya merasa biasa2 saja. Dia bingung kenapa tiap kali kebetulan bertemu, saya cuma melambaikan tangan, tidak berusaha berinteraksi. Dia kehilangan diri saya dalam kesehariannya. Dan justru akhirnya dia berusaha untuk mengontak saya dan masuk ke dalam keseharian saya.

Well... metode cuek & cool (MC&C) ternyata sangat ampuh, bahkan juga ampuh sebelum saya berniat untuk menggunakannya :-D Kawan... banyak hal positif di dunia, tidak ada yang salah ketika kita nyaman dengan keadaan jomblo kita, sepanjang kita sendiri loosy. Saya akan bahas beberapa hal terkait masalah ini secara lebih detail dalam rubrik jomblo berikutnya. Sampai jumpa lagi.


Regards, your trully friends

Sahrial


pdf download

No comments: