Saturday, January 16, 2010

akhir


Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali pada-Nya.


Hari rabu siang, 30 Desember 2009, saya mendapat kabar kalau ibu mertua teman sekantor saya meninggal. Seperti biasa, ketika ada teman yang tertimpa musibah, kami melayat ke sana.Kami berangkat bersama-sama menjelang sore, karena rencananya jenazah akan dikebumikan setelah ashar.


Sesampainya di sana, seusai mengucapkan belasungkawa kepada teman kami yang kesusahan, kami berangkat ke mesjid setempat untuk melaksanakan solat ashar sebelum berangkat mengantar jenazah ke pemakaman.


Hanya sebagian dari tamu yang datang yang ikut solat ashar berjamaah, tidak ada masalah. Hanya saja yang saya sayangkan adalah setelah solat ashar, sebagian jamaah bubar tidak mengikut solat jenazah. Rasanya sedikit terenyuh menyaksikan di saat almarhum membutuhkan doa kita, tapi kita tidak ada untuk dia. Padahal satu hal yang saya sayini adalah semakin banyak orang yang mendoakan dan menyalatkan, Insya Allah Tuhan akan memberikan keringanan bagi orang yang meninggal.




Saya menjadi miris, suatu hari nanti ketika saya meninggal, kira-kira ada berapa orang yang menyalatkan saya? Apakah segelintir shaf solat jenazah ini? Ataukah lebih sedikit lagi?


Adakah orang yang mau menyebut nama saya dalam doanya? Meminta pengampunan kepada Tuhan atas segala dosa saya? Saya tidak tau, saya benar-benar takut…




Malam harinya sepulang dari kantor, seperti biasa sambil menunggu jeda antara solat Magrib dan Isya, saya membuka internet sampai menonton televisi. Waktu menunjukkan jam 7 ¼ malam, tiba-tiba mata saya terpaku terhadap berita Metro TV yang mengabarkan telah berpulangnya Gus Dus. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Betapa kematian merupakan rahasia Tuhan. Kita tidak akan pernah tau kapan malaikat maut menjemput kita.


Malam dan keesokan harinya, berita di televisi didominasi oleh berita meninggalnya Gus Dur. Puluhan media meliput prosesi pemakaman beliau. Banyak liputan dan wawancara mengenai sosok, jasa, dan memoar almarhum. Bahkan belakangan muncul dorongan untuk menjadikan almarhum sebagai pahlawan nasional.


Sangat disayangkan almarhum tidak bisa mendengarkan langsung semua salam perpisahan, pesan kesan, dan orbituari dari rekan dan kerabatnya. Kita selalu terlambat, banyak kritik disampaikan ketika beliau masih hidup, namun pujian baru mengalir ketika beliau sudah tiada.




Tetapi ada setitik kebahagian dalam diri saya menyaksikan ribuan pelayat bergantian mendoakan Gus Dur di pembaringan terakhirnya. Kematian mengakhiri hidup, tetapi tidak mengakhiri suatu hubungan. Semoga doa mereka diterima oleh Yang Maha Kuasa dan semoga Gus Dur mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Amin.



Selama kita dapat saling mencintai, dan mengingat rasa cinta yang kita miliki, kematian tidak dapat membuat kita harus berpisah. Semua kasih yang kita berikan akan tetap ada. Semua kenangan tentang itu masih ada. Kita akan hidup terus - dalam hati siapapun yang pernah kita sentuh dengan kasih sayang.



No comments: