Wednesday, January 6, 2010

seorang teman bernama Uun -part 3-


Ospek, part 2,,,


Tahun ketiga, kami mendapatkan mendapatkan mandat sebagai panitia ospek. Ehm… sebenarnya kami yang dengan antusias mendaftar sebagai panitia mengingat prospek menampari anak baru dan kesempatan ngecengin cewe-cewe angkatan bawah.

Dari sekian banyak posisi yang ditawarkan, saya dan Uun memilih posisi sebagai tim sweeper. Syarat menjadi tim sweeper cukup mudah : punya motor, ganteng, dan berwibawa. Artinya tidak semua orang bisa mendaftar posisi yang sangat nikmat ini. Di saat panitia lain bersimbah peluh berlari dengan peserta ospek, kami dengan santai menggeber motor di depan barisan untuk melakukan sweeping.

Dengan tampang sangar yang dimiliki Uun yang cukup membuat anak-anak kecil menangis ketakutan, sangat mudah bagi kami mengusir orang-orang yang menghalangi jalan dan membubarkan barisan ospek jurusan lain.

Foto 3 Tim Sweeper Kaderisasi 2003



Praktikum Mekanika Tanah,,,


Masih di tahun ketiga, semester 6, kami menghadapi suatu praktikum menakutkan berjudul “Praktikum Mekanika Tanah”. Tidak seperti praktikum sebagai mana mestinya yang berlangsung dalam suasana intektual di jam kuliah, praktikum ini sangat menakutkan. Asisten dosen membiarkan kami melakukan praktikum tanpa arahan yang jelas, kemudian mereka mengatur jadwal tes yang kami sebut pembantaian di waktu yang sangat tidak normal : malam hari sampai menjelang subuh, dengan waktu tes yang bisa berlangsung 4-6 jam.

Tiap mahasiswa dibagi per kelompok, seperti biasa kami mencari teman-teman akrab agar nyambung pada saat diskusi. Kelompok kami terdiri dari saya, Uun, Jambi, Adi, Iqbal, dan Ferry. Ternyata ini adalah pilihan yang sangat… sangat… salah! Adi ikut dalam tim pembahasan materi kaderisasi yang diketuai Iqbal, Ferry bergerak di tim lapangan kaderisasi, Jambi memegang jabatan penting tapi tak berarti sebagai satu-satunya penghubung antara tim materi dan tim lapangan, yang dijalankannya penuh kebingungan karena tidak tau apa yang harus dikerjakan, sementara saya sibuk pacaran sama anak Teknik Lingkungan.

Tinggallah Uun sebagai korban yang harus mengerjakan tugas kelompok seorang diri. Pernah kami janjian untuk kerja kelompok di kosan Jambi. Saya datang terlambat, dan yang saya dapati hanyalah seorang Uun teronggok di depan komputer, mengerjakan tugas kelompok seorang diri dengan badan gemetar ketakutan karena di sebelahnya terbaring abang si Jambi yang menakutkan. Bayangkan sosok seorang bromocorah berbadan kurus akibat pemakaian narkoba, seperti itulah menakutkannya sosok abang si Jambi.

Hal ini diperparah dengan kurangnya kualitas mentor kami. Tapi kami tidak keberatan karena mentor kami, Prisca, sangat cantik. Pernah dalam suatu asistensi Prisca bertanya tentang suatu hal: “Kamu tau gak ini maksudnya apa? Un?” Uun menggeleng “Sahrial?” saya menggeleng “Adi? Ferry? Iqbal?” semua menggeleng “Ah payah kalian semua! Masa gini aja gak tau?”

Kami jadi penasaran, “Pris, kalau gitu jawabannya apa dong?” Prisca: “Eh… ehm… gw tanya Claudia dulu ya…” GUBRAK! Mentor sama anak buah sama aja.

Dan akhirnya pada saat tiba waktu tes, dengan mengandalkan Uun dan pengetahuan minim kami, kami menghadapi penguji yang terdiri dari para asisten dosen. Setiap pertanyaan selalu dijawab Uun dengan gemilang berdasarkan teori Braja M. Das, sementara ketika kami kena giliran pertanyaan, karena tidak tau dasar teorinya, kami selalu menciptakan teori baru. Berikut contoh diskusi kami :

Penguji : “Kapan koefisien konsodilasi berkurang?”

Uun : “Ketika batas cair dari tanah bertambah”

Penguji: “Bagus sekali Un, oke sekarang kamu Sahrial, apa yang dimaksud dengan tanah ekspansif?”

Saya : “Ekspansif? Ekspatriat kali? Mmm… tanah yang berasal dari luar negeri bang!”

Walhasil kelompok kami gagal total.

Dan akhirnya setelah melakukan tes ulang diiringi belas kasihan para asisten dosen, akhirnya kami lulus dengan menyedihkan.



Tingkat Akhir, penjurusan,,,


Menginjak tahun terakhir perkuliahan, genk Destrol mulai terpisah dalam mengejar spesialisasi kami. Saya dan Ronny mengambil Transportasi, Agung DO, wuakakakak…. J Jambi berpasangan dengan Copy mengambil skripsi Manajemen Konstruksi, Uun mengambil Geoteknik, yang menjadi spesialisasinya sampai detik ini. Di HMS Uun dikenal luas sebagai Raja Tanah. Terbukti setelah lulus, Uun mengambil S2 di bidang yang sama.



Kehidupan Setelah Lulus,,,


Setelah kami lulus, masing-masing dari kami mengambil jalan yang berbeda. Saya bekerja di konsultan kampus sementara Uun melanjutkan S2.

Di sela-sela kesibukan pekerjaan, terkadang kami menyempatkan diri untuk bertemu, berbagi keluh kesah bagaimana sulitnya mendapatkan jodoh. Saya baru putus sementara Uun resmi menjadi jomblo perak, hidup 25 tahun tanpa kekasih. Bahkan tak jarang kami beradu retorika mengenai apa yang salah dalam hidup kami? Kami bertampang lumayan, lulusan S1 dari universitas terkemuka, dan sudah mapan, apa yang salah coba?

Foto 4 Berkeluh Kesah & Beradu Retorika




No comments: