Thursday, July 22, 2010

Pencarian Pantai Terindah -part 43-


Sixth Travel : Pantai Sekerat, Bengalon

Sunday, July 18, 2010

Hari minggu, bos sebelah ngajak temen-temen kantor buat jalan-jalan ke Pantai Sekerat, Bengalon. Berhubung waktunya mengiris jadwal pacaran, rencana ini jelas mendapat tentangan keras dari cewe gw. Tapi dengan iming-iming sebatang lollipop, gw sukses me-reschedule jadwal pacaran kita.

Plan awal kita kumpul jam 8 pagi di kantor. Berhubung gw orangnya on time, gw baru berangkat ke kantor jam 8 teng. Walhasil semuanya telat gara-gara gw. Sebelum semua orang melampiaskan kemarahan ke gw, gw pura-pura sibuk nuker ban serep yang bocor sama yang bagus.

Kita baru berangkat jam 9 pagi menuju Bengalon. Karena jaraknya lumayan jauh, kita mengambil jalan pintas lewat tambang batu bara. Setelah memotong pit AB, kita berbelok ke jalan aspal menuju Bengalon.

Sepanjang perjalanan menuju Bengalon, jalannya rusak lumayan parah. Untung kita naik mobil 4 W/D, begitu liat lubang jalan, penumpangnya pada teriak histeris, ”Lagi...!! Lagi...!! Lewat jalan yang jelek lagi... Asiiikkkk...” BRUK BRAK BRUK!! Lumayan off road gratis, kalau di Jogja kita kudu bayar.

Di kiri-kanan jalan kondisinya masih hutan yang sudah mulai dirintis. Gw gak nyangka, ternyata sudah ada kebudayaan di sini, ckckck... Gw kira masyarakat di sini masih pake cawat, trus bawa-bawa tombak sambil ngelilingin api, HULA HULA HULA HULA!! ngomongnya pake bahasa tarzan, ”Uuuu aaaa uuu aaaa” – artinya : ”Ini ibu Budi, Budi bermain bola, siapakah ayah Budi?”


Tapi teuteup... biar sudah ada kebudayaan dan program abri masuk desa, masyarakat di sini gak bisa ngalahin kerennya kita. Cewe-cewe yang kita angkut di mobil pada bilang, ”Lihat.... ada rakyat jelata... HAHAHAHA!!” *tawa setan*


Setelah 1,5 jam perjalanan yang menyiksa, kita masih harus memotong jalur pengangkutan batu bara untuk mempersingkat perjalanan. Karena kita semua bertampang kriminil, saat motong tambang, kita dikawal oleh mobil security tambang. Mungkin mereka takut kita nyolong batu bara, trus dijual karungan ke pengepul setempat.

Perjalanan sempat terhenti beberapa kali persimpangan jalan untuk memberikan prioritas lewat kepada truk SDT yang mengangkut batu bara yang menggunung di baknya. Kayaknya profesi bajing luncat batu bara jadi favorit di sini.

Lepas dari kawasan tambang, kita masih harus melewati jalan batu merah gak rata menuju pantai. Total butuh waktu 2 jam untuk sampai lokasi, fiuuuhhh.....

Sesampai di sana, kita disuguhi pemandangan langka, yaitu pantai yang menghadap langsung perbukitan. Air yang mengalir di sini jernih dari mata air perbukitan. Beberapa anak kecil mandi dengan gembira, seolah gak kuatir dengan kotoran larut dari hulu, ooeeekkksss....



No comments: