Wednesday, July 7, 2010

Pencarian Pantai Terindah -part 35-

Fifth Travel : Derawan


Day One: Friday, May 28, 2010 – Samarinda-Berau

Akhir Mei 2010, saatnya harapan tumbuh berkembang. Harusnya gw pulang ke Bandung-Jakarta demi masa depan gw yang lebih baik, tapi ngeliat Pay megang pipa snorkel & fin memandang gw penuh harap sambil ngibas-ngibasin ekornya, gw gak tega. Akhirnya gw ngehasut Tri & Marco buat ikut traveling bareng kita ke Derawan yang termasyhur di Berau sana.

Sayang Marco out of money gara-gara baru pulang cuti. Ini konsekuensi kerja di remote area, begitu kita pulang cuti, langsung disambut gegap gempita sama keluarga dan penduduk setempat. Mau gak mau kita terpaksa ngeluarin angpaw gede buat ngebungkam jerit protes kelaparan mereka.

Tri ngajak Boncel & Eko, tapi Boncel mundur dengan alasan klasik. Sementara gw ajak Adit & Dee tapi gak ada yang mau. Akhirnya gw fix-kan traveling ini untuk 4 orang: Gw, Pay, Tri & Eko. Bagus juga genap 4 orang, kata orang Batak, kalau cuma bertiga, yang ditengah mati.


Sebenernya perjalanan ke Derawan bisa ditempuh lewat darat, tapi jalannya rusak parah. Sebelumnya ada temen kita pernah naik travel ke sana selama 20 jam perjalanan. Itu pun ada kemungkinan gak sampai kalau jalannya keputus gara-gara hujan & pecah ban.

Daripada gak pernah sampai ke sana, kita pilih memutar dulu ke Samarinda, baru dari sana kita naik pesawat ke Berau. Penerbangan ke Berau juga bisa ditempuh dari Balikpapan, tapi gw lebih milih naik dari Samarinda. Gw interest naik pesawat dari bandara-bandara kecil, makanya gw bener-bener excited begitu bisa naik pesawat dari Samarinda :-)


Hari Kamis malam, kita berangkat dengan rental mobil ke Samarinda. Pay ngajak temen kantornya pulang ke Samarinda gretongan. Gw sebut ini politik balas budi, karena mau gak mau temennya terpaksa nawarin penginapan gratis di rumahnya di Samarinda. Lumayan… reduce cost a lot, hohoho…

Baru keesokan paginya kita berangkat naik taksi ke bandara. Orang sini nyebut angkot = taksi, mungkin biar lebih gaya.

A: “Ntar ke kondangan naek apa?”

B: “Taksi”

A: “Tajiiirrr looo…..”


Sekitar jam 8 kurang, kita sampai di Bandara Temindung, Samarinda. Bandaranya kecil, cuma beberapa maskapai kecil kayak KalStar, Trigana Air, SMAC, Kura-kura Aviation & Aviastar yang terbang dari sini. Kita duduk di boarding room sambil ngeliatin anak kecil maen layangan di runway bandara, sementara beberapa penduduk lenggang kangkung menyeberang runway menuju permukiman di depannya.

Jam 9, pesawat kita tiba diiringi jerit kocar-kacir bubar anak-anak yang main layangan. Kita naik pesawat transit KalStar dari Balikpapan ke Berau. Pesawatnya ATR-42 300, paling cuma bisa muat 50 orang. Kalau ada apa-apa, gampang menutupi jejaknya. Tapi yang bikin gw takjub, pramugarinya cakep-cakep! Kayaknya skala maskapai berbanding terbalik dengan tampang pramugarinya. Kemaren pas gw naek Garuda ke Balikpapan, pramugarinya tuir-tuir.


Cuma butuh 45 menit buat sampai ke Bandara Kalimarau di Tanjung Redeb, Berau. Sesampai di sana, mobil rental kita sudah nunggu siap nganter kita ke Pelabuhan Tanjung Batu buat nyebrang ke Pulau Derawan. Walau jalan Tanjung Redeb-Tanjung Batu relatif bagus untuk ukuran jalan di Kalimantan, tetep aja 3 jam perjalanan sudah cukup buat bikin gw jadi perkedel.

Badan gw udah gak enak rasanya gara-gara dijejal-jejalin kayak ikan asin di bangku tengah. Untung bau air laut di Tanjung Batu nyelamatin gw. Gw udah gak sabar buat berenang di Derawan. Apalagi setelah gw ngeliat beningnya permukaan laut dalam perjalanan Tanjung Batu-Derawan dengan speed boat.



2 comments:

Anonymous said...

ehhh seru yaaa ceritanya emang masih inget sapa pramugarinya just curious he he thx broo

Anonymous said...

ehhh seru yaaa ceritanya emang masih inget sapa pramugarinya just curious he he thx broo