Sunday, March 21, 2010

Pencarian Pantai Terindah -part 13-


Noon - First Destination : Danau Tondano

Setelah jalan agak lama dengan breakfast seadanya dari hotel, kita mutusin untuk makan siang di pinggir Danau Tondano. Danau ini luas banged! Pake D! Seperti duplikat Danau Toba. Terletak di ketinggian 600 m di atas permukaan laut, danau ini menawarkan keindahan yang diselimuti sejuknya udara perbukitan.

Waktu kita foto-foto, di pinggir danau ada nelayan tradisional yang berupaya menangkap Ikan Nike dengan jaring. Kita menunggu dengan tegang sambil harap-harap cemas, kira-kira segimana ya hasil tangkapannya? Begitu dia angkat jaringnya, tebak berapa banyak dia dapat saudara-saudara? NOL Besar!! Langsung kita berikan dia tawa menghina sambil teriak : Ha.. Ha.. Loser!!!

Puas ngetawain orang, akhirnya kita makan di Danau Tondano Restaurant. Kata Om James, restoran ini terkenal banget, dan banyak yang reservasi untuk makan di sini. Waktu kita makan juga banyak bule berseliweran, beberapa backpackers dan sisanya ditemani guide-nya.

Anak-anak pesan beberapa menu standar seafood : Ikan Mujair Bakar Rica, Ikan Mujair Woku (pepes), sama Perkedel Ikan Nike (semacam teri). Biasa banget, gw pesen menu yang lebih spektakuler : Kolobi (semacam keong)! Walhasil gak ada yang berani minta jatah gw karena jijay bajay. Tapi rasanya asik tuh, kayak kenyal-kenyal klutuk di mulut.


Pray Time : Masjid Agung Kabupaten Minahasa

Berbeda dengan kota-kota lain yang pernah gw kunjungi, kita bermasalah dengan tempat solat. Manado –termasuk kota-kota sekitarnya– terkenal sebagai kota seribu gereja. Tiap 50 m, pasti kita bisa menjumpai gereja. Sori, mungkin ini pandangan awam gw karena gw bukan Umat Nasrani, tapi gw agak curios gimana mereka membagi jemaahnya, sangking banyaknya gereja.

Masjid jarang kita temui, tempat-tempat umum juga tidak menyediakan musholla. Akhirnya kita dianterin Om James ke Masjid Agung Al-Falah Kyia Modjo. Diambil dari nama tokoh pahlawan yang membantu Pangeran Diponegoro, masjid ini menjulang megah di Perkampungan Jawa, Tondano yang penduduknya didominasi masyarakat muslim.

Setelah seharian berinteraksi dengan orang-orang yang mengenakan rosario di lehernya, akhirnya kita bisa melihat orang-orang yang memakai kopiah dalam aktivitas sehari-harinya .


Noon – Second Destination : Waruga - Sawangan

Dalam perjalanan Tondano – Airmadidi, kita mampir ke Sawangan untuk melihat waruga, kuburan Minahasa purbakala. Waruga ini berupa peti-peti kubur yang terbuat dari batu dan tidak ditanam dalam tanah, tapi diletakkan di atas tanah lapang.

Berdasarkan gambar ukiran di dinding menuju ke perkuburan, waruga ini dibuat dari batu besar yang diambil di Sungai Besar, yang memakan waktu pekerjaan lebih dari satu tahun. Setelah jadi, waruga ini diangkut pembuat ke depan rumahnya masing-masing, kemudian jenazah diletakkan tidak berbaring telentang, tapi dibuat dalam kondisi seperti janin, yaitu meringkuk atau disebut foetal position.

Di tempat yang seharusnya sakral ini, kita melakukan pemotretan dengan gaya-gaya yang gw sebut pemerkosaan budaya.

Habis dari sana, kita nyempetin mampir ke museum mini yang terletak di samping perkuburan untuk melihat beberapa isi waruga, yang biasanya barang yang disayangi almarhum yang ikut dikubur dalam waruga. Ada perhiasan, keramik, peralatan senjata seperti parang, pisau, mata tombak, mungkin buat dipakai buat ngancem malaikat supaya masuk surga.



1 comment:

Ardi said...

Berkunjung nih,,,, ijin kopi gambar masjidnya yah,,,,,saya di http://ardi-lamadi.blogspot.com dan pencaksilatunamin.blogspot.com