Pencarian Pantai Terindah -part 16-

Morning – Second Destination : Kelenteng Ban Hin Kiong

Setelah makan, sebelum nyebrang kita menyempatkan diri ke Kelenteng Ban Hin Kiong, di kawasan Pusat Kota, yang dibangun pada awal abad ke-19 dan diperbaiki pada tahun 1970. Klenteng ini terletak di Jalan Panjaitan, dan terdiri dari bangunan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran naga dan tongkat kayu berapi.

Sayang waktu perayaan Tahun Baru Imlek gw lagi di Makassar, jadi gak sempet liat tarian tradisional Tionghoa di sini.

Morning – Third Destination : Bunaken!!!

Menjelang siang, kita bersiap menuju Pasar Jengki untuk menyeberang ke Bunaken. Sebenarnya dari kelenteng cukup naik mikrolet 1 x untuk sampai sana. Tapi waktu mau cegat mikrolet, ada andong parkir. Berhubung kita sama-sama penasaran dan tertarik, akhirnya kita berempat carter andong itu ke Pasar Jengki seharga IDR 10,000.

Dipikir-pikir kasian juga gw ngeliat kuda kurus yang berjalan terseok-seok narik andong yang dimuati kita berempat dan pengemudi, plus ransel-ransel kita yang sebesar dosa. Untuk gak ada yang ngelaporin kasus ini ke WHO.

Sampai di Pasar Jengki, kita dijemput speed boat carter-an kita untuk 2 hari petualangan. Kita sewa speed boat Om Berti dengan guide Ronald, dari hasil rekomendasi teman IBP (Indo Backpacker) seharga IDR 700,000 / 2 day dengan rute rencana Bunaken-Siladen.

Perjalanan dari Pelabuhan Manado-Bunaken kita tempuh dalam waktu 20 menit. Kita akan menginap Nelson Cottages, di daerah Pantai Liang dengan view pantai menghadap laut, yang lebih ramai dibandingkan Pantai Pangalisang yang sepi dan tertutup pohon bakau. Gak terlalu murah sih, kita harus bayar IDR 150,000 / person / day, tapi pemiliknya, Tante Theresa, asik. Makanannya juga enak, jadi lumayan worth lah…

Sesampai di Bunaken, kita turun dengan antusias meluap-luap. Impian gw untuk menginjakkan kaki di pasir putih pantai dan berenang bersama penyu sambil menikmati keindahan taman laut Bunaken mulai terwujud.