Saturday, March 6, 2010

Pencarian Pantai Terindah -part 8-


Day Three, Saturday - February 27th 2010


Morning – First Destination : Bantimurung

Hari ketiga, kita berambisi ke Bantimurung dan Malino sekaligus (Kwartet Ambisi!). Berhubung lokasi yang satu di Maros dan yang satu lagi di Gowa, kita pilih option rental mobil. Ada temen kantor gw yang punya link sama rental-an bagus. Gw kontak rental mobilnya, eh begitu dateng yang bakal nganter kita tur malah sepupu temen gw, named Mamat. Muda, asik, gak butuh berapa lama, kita langsung ngetel kayak brothers.

Kita berangkat jam 7 pagi naek Avanza menuju Bantimurung, lucky us kondisi lalu lintasnya gak macet, tapi nyetir mobil di sini nyawa taruhannya, kayaknya semua pengemudi di sini SIM-nya dapet nembak semua.

Satu jam kemudian kita sampai di Maros dan disambut dengan pemandangan tebing-tebing kapur yang ditutupi hutan menghijau. Udara dingin perbukitan masuk melalui jendela mobil yang sengaja kita buka, begitu sampai parkiran, dengan antusias kita langsung berebutan turun dari mobil yang diwarnai aksi saling injak.

Setelah melewati pintu gerbang, museum istana kupu-kupu dan pemandian, kita sampai di air terjun Bantimurung yang indah dan jernih serta mengalir sepanjang tahun. Sayangnya kita datang sewaktu musim penghujan, jadi debit yang air jatuh deras sekali, kita gak bisa duduk-duduk di lempengan-lempengan batu yang terhampar di sekitar air terjun.

Kita naek ke hulu air terjun lewat tangga yang dibangun di pinggir tebing. Kurang lebih 500 m, kita sampai di Gua Batu yang terletak di sebelah Danau Toakala. Gua Batu ini adalah gua karst yang memiliki banyak staklaktit dan stalagmite yang cantik.

Berhubung gelap kita terpaksa nyewa senter dengan harga “pemerasan turis” : 20rb per senter. Kita sewa satu, si bapaknya maksa kita sewa satu lagi, kita cuekin tapi dia ngotot sambil nguntitin kita, akhirnya Mamat gak tega dan ambil satu lagi. Kalau gak inget bahwa bapak itu udah tua, udah gw chuck-slam dari tadi.

Keluar dari gw menuju ke gerbang untuk pulang, kita sempet liat dua cewe cantik yang mencerminkan keeksotisan Sulawesi Selatan. Tri sama Marco gencar ambil foto mereka dari jarak jauh dengan lensa canggih berharga 1 x gaji. Mereka dapet foto banyak, mungkin buat ditaro di dompet buat diaku pacar.

Tapi kita gak berani deketin mereka karena ada dua bodyguard berbadan gorila yang setia ngikutin mereka. Waktu pulang mereka dijemput sama mobil dinas AD bintang 1, ngeri amat… kita paling baru sampe level bintang kejora.


Morning – Second Destination : Leang-Leang

Menjelang siang temen-temen sudah berkicau pengen makan, tapi gw paksa mampir Leang-Leang dulu mumpung deket, lagian rekomendasi bos kantor, Pak San, salah satu pendiri komunitas backpackers Indonesia, gak bisa dilewatkan gitu aja kan?

Leang-Leang (bahasa Indo-nya : gua) merupakan bagian dari ratusan gua prasejarah yang tersebar di perbukitan cadas (karst) Maros-Pangkep. Gua-gua ini tersembunya di antara batu-batu cadas, kita jadi berasa kayak dalam perjalanan ke barat mencari kitab suci.

Berdasarkan ilmu IPS Sejarah yang gw dapet waktu SMP dulu, gua ini ditemukan dua arkeolog Belanda, Van Heekeren & Miss Heeren Palm, yang menemukan gambar-gambar pada dinding gua (rock painting) yang diperkirakan berumur 5000 tahun, di Gua Pettae dan Petta Kere pada tahun 1950.

Di Gua Petta Kere, ada 2 gambar babi rusa, 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah, dan mata panah. Kita gagal menambahkan 5 pasang gambar telapak tangan baru gara-gara dicegah pegawai balai konservasi sana.

Di gua satunya lagi, Gua Pettae, ada 5 gambar telapak tangan, 1 gambar babi rusa meloncat dengan anak panah di dadanya, artefak serpih, bilah sama kulit kerang yang terdeposit pada mulut gua. Mungkin orang jaman dulu doyan sate kerang, trus sampahnya dibuah di depan rumah.




No comments: